Chinatown Journey : Menuju Festival Imlek Indonesia

9:22 PM Nova Zakiya 12 Comments


“Nek Imlek yo mesti udan, soale nek ora udan Cino podo nangis” – (Kalau Imlek ya pasti hujan, soalnya kalau nggak hujan etnis Tionghoa pada nangis)
Setidaknya itu yang selalu Ibu saya bilang saat masih kecil di saat Imlek tiba. Cuaca mendung yang syahdu, berakhir dengan turunnya hujan. Menurut Ibu saya juga, hujan saat Imlek sendiri memiliki makna akan menambah rezeki bagi seluruh makhluk hidup.

Jika biasanya saat Imlek tiba, saya menikmati hujan di dalam rumah sambil makan kue keranjang yang digoreng menggunakan telor khas bikinan Ibu, Imlek tahun ini saya memilih untuk ikut Chinatown Journey yang diadakan oleh Komunitas Historia Indonesia. Ya memang pas banget saya nggak bisa pulang sih jadi ya sambil belajar sejarah dan perkembangan etnis Tionghoa di Jakarta deh.

Memulai Chinatown Journey
Saya mengetahui informasi tour ini dari Twitter @indohistoria. Begitu dibuka saya langsung daftar supaya dapet kuota. Sayang kalo dilewatkan event seperti ini, apalagi gratis. Oh ya, saya juga ajak teman saya, Dian alias Mpok. Jadilah kita jam 7.30 sudah sampai di meeting point, Museum Mandiri (padahal janjian jam 7 pagi haha). Langsung deh registrasi dengan menunjukkan email dari panitia lalu dibagi kelompok berdasarkan warna pita.
Seluruh peserta diberi pengarahan oleh Kang Asep
Saya dan Dian dapat pita warna putih (yang agak nyaru dengan warna abu haha) dan label yang diberi nama panggilan. Tepat jam 8 pagi, founder Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali, memberikan pengarahan kepada para peserta yang jumlahnya mencapai 200an orang. Mulai dari memperkenalkan para guide tour hari ini, tempat-tempat mana saja yang akan didatangi hari ini, dan juga cerita tentang sejarah etnis Tionghoa yang sudah ada di Jakarta sebelum tahun 1619 saat Belanda membangun Batavia. Mereka telah tinggal di sebelah Timur muara Ciliwung dan menjual arak, beras, serta kebutuhan sehari-hari lainnya.

Suku Betawi (berasal dari kata Batavia) sendiri rupanya mendapat pengaruh banyak dari etnis Tionghoa. Salah satunya bisa dilihat dari atribut pengantin betawi, seperti aksesorisnya dan juga warna bajunya.

Jalan-Jalan di Kawasan Pecinan Jakarta

Tour kali ini berbentuk walking tour. Yes jalan kaki sampe Glodok hahaha dan dipandu oleh Mba Ratih. Perjalanan dimulai dengan melewati Museum Bank Indonesia (BI) yang berada tepat di samping Museum Mandiri (tempat meeting point kita). Nah, Museum BI ini ternyata dulunya merupakan bangunan rumah sakit bernama Binnen Hospitaal di tahun 1799. Lalu di tahun 1828, bangunan ini dialihfungsikan sebagai bank dengan nama De Javashe Bank. Barulah di tahun 1953, bank ini dinasionalisasikan menjadi Bank Sentral Indonesia alias Bank Indonesia.

Berlanjut ke Jalan Bank, kita melewati Kali Krukut yang dulunya digunakan sebagai tempat plesir para menir Belanda. Kebayang nggak, dulunya banyak perahu yang melakukan perjalanan disini, terus di pinggirnya masih banyak pohon yang digunakan muda mudi sebagai tempat berkumpul dan berwisata. Hmmm.
Perjalanan selanjutnya kita menuju Jalan Malaka. Di ujung jalan (persimpangan dengan Jalan Kalibesar Barat), terdapat bangunan Chartered Bank yang sudah tidak terpakai. Gedung bergaya neo klasik Yunani ini dibangun pada tahun 1920-an, saat perekonomian Hindia Belanda maju pesat, terutama dari hasil ekspor karet, teh, kopi, dan tembakau yang laku keras di pasaran. Namun di tahun 1965, gedung ini diambil alih oleh pemerintah RI.


Bergeser sedikit, kita sampai di Galeri Melaka, tempat menyimpan koleksi negara bagian Malaka. Sayangnya, hari ini tutup (mungkin karena Imlek) jadi kita tidak bisa masuk dan melihat koleksi di dalam. Galeri ini masuknya gratis kok dan hanya tutup di hari Senin. Hmmm mungkin next time bisa mampir kali ya!

Agak maju ke depan (ya iyalah maju ke depan, mundur baru ke belakang haha), ada papan jalan bertuliskan Jalan Tiang Bendera. Konon katanya, di jalan itu terdapat rumah Kapitan Cina bernama Souw Beng Kong yang bertugas melakukan pemungutan pajak kepada orang-orang Cina di Batavia. Pajak ini diterapkan Oktober 1619 dan nantinya disetorkan kepada Belanda untuk pembangunan kembali prasarana kota Batavia. Selain itu, ada juga pajak permainan seperti judi, rumah pelacuran, kuku panjang (yup, kuku panjang dianggap bangsawan sehingga pajaknya lebih besar. so, jangan lupa potong kuku guys!), tembakau dan juga pemotongan babi. Nah, si Kapitan Cina ini setiap awal bulan akan memasang bendera selama tiga hari sebagai pertanda warga Tionghoa untuk membayar pajak.

Kita pun masuk ke gang kecil tembus di Jalan Pasar Pagi dan melewati Pasar Jaya Pagi yang bangunannya masih terpengaruh bangunan Tiongkok.

Lalu sepertinya kita nyasar karena tidak bertemu rombongan yang lain L dan hujan yey! J

Rupanya tour semacam ini di hari Imlek banyak dilakukan oleh berbagai komunitas. Beberapa kali di jalan, kita pas-pasan sama rombongan yang lain dan sama sama dress code nya warna merah haha.

Tour kita berlanjut di SMA Negeri 19 Jakarta yang terletak di Jalan Perniagaan. Bangunan ini merupakan tempat pertama kalinya organisasi Tionghoa modern di Kota Batavia. Pada 17 Maret 1900, berdiri perhimpunan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang mengupayakan agar anak-anak Tionghoa juga harus memperoleh pendidikan (pemerintahan Belanda tidak pernah memberikan pendidikan kepada warga Tionghoa huff). Hal ini tampak juga dari bangunan gedung lamanya yang masih khas Tiongkok (tepatnya di bagian pintu/jendela).

Sementara itu, kawasan jalan Perniagaan sendiri dulunya disebut dengan Patekoan. Konon, dulu ada keluarga Tionghoa (Kapiten Gan Jie) yang baik hati dan selalu menyediakan 8 teko air minum bagi orang-orang yang haus di perjalanan.

Selain itu, di jalan ini juga ada bangunan tua berupa “Rumah Keluarga Souw yang merupakan keluarga kaya raya atau bangsawan. Hal ini ditandai dengan atap rumahnya bergaya Ekor Walet dengan ukiran hias yang indah. Berbeda dengan rumah di sebelahnya yang atapnya berbentuk Pelana Kuda yang menandakan rumah tersebut dulunya milik warga Tionghoa dari kasta biasa.


Perjalanan berlanjut ke Jalan Kemenangan III untuk menuju Klenteng Toa Se Bio. Klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua yang dibangun sekitar tahun 1670an. Nuansa merah dengan hiasan lampion dan lilin berwarna senada menyambut kedatangan kita di klenteng ini. Beberapa warga etnis Tionghoa melakukan sembahyang di depan hiolo besar di Klenteng ini.

Berjalan ke pojok ruangan, terdapat pagoda tinggi nan cantik tempat lampu minyak umat. Selain itu, lampu minyak juga diletakkan dalam gelas yang berada di dua sisi setelah pagoda ini. Ah cantik sekali!

Tak ingin mengganggu warga yang sembahyang, kita pun melanjutkan perjalanan ke Gereja Katolik Santa Maria De Fatima atau Gereja Toasebio. Gereja ini merupakan satu-satunya gereja dengan arsitektur Tiongkok (tepatnya khas Fukien atau Tiongkok Selatan) di Jakarta (dan mungkin di Indonesia kalau kata pemandu kita).

Konon, semua batang kayu dan ukiran didatangkan langsung dari Tiongkok dan pemasangannya sama sekali tidak menggunakan paku besi di gereja yang dibangun pada abad 19 ini. Oh ya, gereja ini juga menyediakan satu hari misa khusus berbahasa Mandarin bagi warga Jakarta etnis Tionghoa yang tidak bisa berbahasa Indonesia lho!
Pemandangan di awal masuk Petak Sembilan
Daaaaan perjalanan Chinatown Journey kita berakhir di Petak Sembilan alias Wihara Dharma Bakti. Klenteng ini jauh lebih ramai daripada Klenteng Toa Se Bio, tak hanya warga yang sembahyang, tetapi juga para warga yang (maaf) mengemis. Beberapa media pun melaporkan kegiatan imlek di tempat ini (tapi nggak ketemu temen setim haha).


Di sebelah kiri gerbang bergapura naga merah, terdapat tiga bangunan klenteng yang berderet. Lalu di bergeser ke lebih tengah, terdapat klenteng utama yang menghadap ke selatan. Di dalamnya terdapat lilin-lilin merah berukuran besar, bahkan tingginya melebihi saya.

Namun di tahun 2015, tepatnya di awal bulan Maret, si jago merah sempat menghanguskan klenteng ini. Ratusan patung dewa dan gong bersejarah ikut terbakar serta tertimpa reruntuhan puing-puing. Bahkan di klenteng utama ini, bisa dilihat atapnya yang masih menghitam. Ini memang belum direnovasi karena masih menunggu hari baik. Satu benda yang tersisa adalah meja altar di Hui Tek Bio.
Meja altar ini yang katanya jadi satu-satunya peninggalan asli yang tersisa dari kebakaran 2015 silam
Sebenarnya kalau di poster, kita masih mengunjungi Pusat Kuliner Gloria dan Glodokpein sebagai ending point-nya tapi pemandu membubarkan grup kita di Petak Sembilan ini (pemandu kita agak kurang komunikatif sih, penjelasannya sedikit sekali). Alhasil karena tidak tahu jalan pulang, saya dan Dian ikut rombongan tim abu keluar menembus pasar di Jalan Kemenangan.

Beberapa mampir untuk membeli kue keranjang. Hmmmm

Tak lupa kita mampir untuk jajan gerobakan yang terlihat amat sangat menggoda karena ternyata jalan kaki selama tiga jam itu membuat lapar sekali! (padahal awalnya nggak kerasa huff)

Salam dari Tim Putih yeay!

Pengalaman Makan Yu Shang
Beberapa hari sebelum ikut Chinatown Journey, saya sempat meliput kuliner khas imlek di Crystal Jade Restaurant Gandaria City, yakni Yu Shang. Makanan yang dihidangkan setahun sekali ini mirip salad dan masing-masing bahannya memiliki arti lho!

Seperti ikan mentah yang memiliki harapan agar rezeki bertambah terus setiap tahun, jeruk nipis yang berarti ketentraman dan kebersamaan dalam keluarga, pangsit goreng yang berarti emas kekayaan melimpah, minyak wijen untuk kekayaan berlimpah, saus plum untuk kebahagiaan dan kedamaian, bubuk lada untuk kelancaran dan kemudahan dalam hidup, serta bahan bahan lainnya seperti kacang, jahe merah, rumput laut, jeruk bali, jahe, lobak, wortel dan ubur ubur yang memiliki arti positif pula.
Bahkan saat penyajiannya pun tetap diucapkan doa-doa. Kira-kira begini urutannya

Uniknya lagi, saat mengaduk, kita harus tinggi-tinggian mengangkat sumpit. Hal ini berarti harapan kita supaya rezeki meningkat pula. Sambil mengucap “lo hei” saat mengaduknya. Dan makannya pun harus sambil berdiri karena duduk memiliki arti murung dan menghambat rezeki.
Rasanya? Enak! Campuran asem dan manis. Ini baru pertama kali saya makan Yu Shang saat imlek. Biasanya cuma makan mie atau kue keranjang aja hehe.

Ingin Ke Festival Imlek Indonesia!
Perayaan Imlek tentu tak lepas dari Cap Go Meh yang dirayakan di hari ke-15 sejak pergantian tahun baru Imlek. Biasanya saat Cap Go Meh ini akan ada pawai dan festival budaya, serta kuliner khas Imlek. Iya, saya pernah ke Cap Go Meh di Bogor soalnya hehe.

Dan tahun ini, Festival Imlek Indonesia akan digelar di PSCC Palembang, Sumatera Selatan, tanggal 11-12 Februari mendatang. Mau banget doooong lihat perayaan imlek di luar Jawa karena biasanya cuma ya lihat di Bogor atau Pekalongan pas pulang. Oh ya, event ini diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kompas Gramedia Group. Jadi sambil menyelam minum air lah ya, liat festival imlek sekalian wisata di Palembang. Mau banget!

Di festival ini, tak hanya pawai khas imlek aja lho. Tetapi juga ada pertunjukan drama kolosal dan sendratari legenda Pulau Kemaro, pergelaran tari, demo masak, stand up comedy, wayang potehi show, pemutaran film dan masih banyak lagi workshop serta pertunjukan lainnya. Dan yang terpenting, event ini gratis lho!

Yuk dateng! Barangkali kita bisa bareng lho~ Apalagi banyak promo dari hotel yang jadi partner duh ah jadi tergoda kan cus ambil cuti deh!

Berhubung ini perayaan imlek, sudah pasti dong siapkan outfit bernuansa imlek terbaikmu ya! Tentunya dengan warna dominan merah karena warna ini melambangkan keberuntungan dan sukacita. Jangan lupa bawa kamera terkece dan live di Instagram serta upload foto-foto kece di sosial media dengan hashtag #pesonasriwijaya, #festivalimlekindonesia, #wonderfulsriwijaya, #sriwijayapost, #tribunsumsel dan #tribuneo. Salam anak hashtag! Hahaha


Untuk info lebih lanjut, kamu bisa buka official website-nya disini. Sampai ketemu di Festival Imlek Indonesia ya!

XOXO!

Zakia


PS.
All photos taken by Sony Xperia C5 Ultra Dual yang masih setia menemani dan jadi andalan buat foto foto kece :*

12 comments:

[BUKAN] WARTAWAN EMBEDDED

5:51 PM Nova Zakiya 3 Comments


Riuh Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta semakin terdengar, mengingat bulan Februari sudah di depan mata. Mungkin kita sudah gatal dengan berita-berita yang berseliweran di media sosial, yang membuat Pilkada Ibu Kota ini serasa pemilihan Presiden. Hoax dimana-mana. Saling serang dan menjatuhkan satu sama lain. Lebih sebal ketika sosok yang sebelumnya kita kagumi ikut berkomentar dengan kalimat-kalimat yang bisa ‘membakar’. But I won’t tell you about that. Nanti blog saya jadi ikutan panas. Hahaha.
Memang masih seputar Pilkada, tapi saya akan bercerita tentang pengalaman saya ikut kampanye paslon-paslon ini. Postingan ini tidak akan memihak siapapun karena isinya bukan kampanye mereka kok haha. Lha wong saya aja nggak akan ikutan milih di Pilkada entar :p

Pengalaman Pertama ‘Nyemplung’ di Pilkada
Masing-masing pasangan calon biasanya memiliki wartawan embedded yang diutus oleh kantor masing-masing untuk meliput si paslon, baik calon gubernurnya ataupun wakilnya. Yup, setiap harinya kita akan bertemu dengan wajah-wajah yang sama hahaha. Wartawan embedded sendiri berarti wartawan yang menempel, dalam artian, kemana pun si orang itu pergi untuk berkegiatan, kita yang ikut dan meliput.
Pertama kali saya ikut ‘nyemplung’ waktu masih tandem dan main ke Rumah Lembang, poskonya pasangan calon nomor dua, Ahok Djarot. Rame banget. Gerah haha. Disana Ahok menerima keluhan warga. Beberapa artis juga datang untuk mendukung. Pas saya kesana ada Memes, Ari dan Ira Wibowo. Terakhir, kita para wartawan diberi waktu untuk doorstop Ahok.

Baca Juga : [Journolife] : Di Balik Doorstop Interview

Jalan-Jalan keliling Jakarta
Selang beberapa waktu kemudian, saya sudah tidak di-tandem-kan lagi daaaaan harus menyambut cawagub nomor 3, Sandiaga Uno pas media visit ke kantor. Harusnya sih masih tandem, tapi karena ada satu lain hal, tandeman saya digeser. Without any preparations, saya juga nggak tau agendanya ngapain, saya mau nanya apa, it was blank! Hahaha.

Bersyukur Sandi is a good people and so humble (and handsome like people said haha). Nggak jadi grogi karena beliau enak diajak ngobrol juga, bahkan saat wawancara terasa seperti ngobrol hehe.
Lalu keesokan harinya, suruh ikutin agenda Anies-Sandi. Karena kemarin sudah dapet soundbite dari Sandi, maka hari itu saya putuskan untuk ikut agenda Anies. Lucky me, saya bertemu teman lama yang sudah berganti seragam, Kibow, yang bikin suasana jadi nggak canggung.
Kenapa canggung? Karena kebanyakan dari mereka adalah wartawan embedded yang selalu ngikutin bapak kemanapun kapanpun sampe jam berapapun *halah*. Apalagi saya baru dan wajah-wajah mereka tentu saya belum pernah bertemu haha.

Sudah kenalan, sudah beberapa kali ikut, selanjutnya saya dipindah untuk ikutin paslon nomor satu, AHY-Sylvi, padahal sudah nyaman sama teman-teman di sebelah *eeeaaa*. Pengalaman saya pertama banget ikutin pasangan ini adalah bertemu sama Mpok Sylvi, wanita tangguh yang mau berpolitik. Terlepas dari kegiatan berpolitiknya, saya suka dengan senyumannya yang selalu riang dan suka menggoda balik para wartawan alias suka bercanda.
Di beberapa hari berikutnya, saya ikut kegiatannya AHY. Dia lebih senang menyapa warga dengan istilahnya ‘gerilya lapangan’. Siap siap jalan kesana kemari (kadang) sambil bawa tripod.
Oh ya kalo blusukan begini, jangan lupa pakai sunblock dan topi guys biar ga hitam hahaha kepikiran amat 😁
Yah di saat sudah kembali nyaman ngobrol sama teman-teman embedded paslon nomor satu, saya kembali digeser ke paslon nomor 3. Dan begitu seterusnya haha. Saya sendiri jarang dibagi ke paslon nomor 2 karena sudah ada pembagiannya masing-masing dari koordinator liputan alias korlip saya.

Baca Juga : Stop Being 'One Click Killer'

Tapi dengan ikut mereka berempat, saya jadi keliling Jakarta sampe ke gang-gang kecil. Jalan kaki bisa dari ujung gang mana keluar di ujung jalan mana. Bahkan pagi di Jakarta Selatan, siang di Jakarta Timur, sore bisa jadi di Jakarta Utara. Iya saya pernah haha pas ngejar Anies Baswedan. Karena belum dapat SOT-nya dan atas pertimbangan korlip akhirnya saya ikut agendanya dari pagi sampe sore (dan itu hari Sabtu haha).

Suka Duka [Bukan] Wartawan Embedded
Nggak jadi wartawan embedded sebenarnya menguntungkan, karena kita bisa nambah teman sekaligus di satu momen. Bukan hanya teman sesama jurnalis, tapi juga timsesnya. Sementara nggak enaknya, kita akan ketinggalan momen masing-masing paslon yang bisa jadi bahan topik pembicaraan di pertemuan selanjutnya. Jadi suka nggak nyambung kan.
Misalnya, kemarin si A kemarin blusukan di Tanah Abang dan ada cerita lucu. Tapi kita nggak ada di momen itu karena ikut agendanya si B. Jadi pas ikut A lagi, mereka masih membahas kelucuan itu daaaan kita nggak nyambung.
Tapi itu nggak berlangsung lama sejauh kita bisa membaur dengan mereka. Bahkan kita juga suka berkoordinasi ‘mau tanya apa hari ini?’ atau ‘ada titipan pertanyaan dari kantor nggak?’. Jadi nanti dibagi, yang nanya topik A misal saya, lalu topik B wartawan tv sebelah, dan begitulah sampe semua pertanyaan terjawab. Intinya kalau kata teman saya, Kibow, “semakin lo sotoy (tentang agenda, dsb), semakin lo dikenal” hahaha.

Tips Jadi [bukan] Wartawan Embedded
1. Buang jauh rasa malu
Tips pertama dari saya jika kalian mengalami hal ini adalah jangan malu dan pasang muka tembok! Ini penting dalam artian, jangan malu untuk menyapa, bertanya, kenalan sama wartawan lainnya. Ngobrol apa aja, misal isu yang lagi panas saat ini yang lagi heboh diperbincangkan di media sosial. Bahkan kalian bisa ngobrol tentang apa sih pertanyaan yang mau kamu tanyakan ke paslon hari ini. Nggak apa-apa share aja. Nanti biasanya wartawan lain akan berbagi pengalamannya bertanya dengan paslon ini dan kasih tips bagaimana menyikapinya jika ditolak. Udah sok kenal aja pokoknya hehe.

2. Main HP boleh, asal jangan nunduk melulu
Yah, kadang pepatah yang bilang kalau 'HP itu mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat' itu ada benarnya juga. Saya nggak melarang kalian main HP saat liputan begini, hanya saja coba sedikit dikurangi biar nggak asyik sendiri dan nggak tau lingkungan. Better waktunya dipake untuk ngobrol sama wartawan lain. Karena salah-salah kalo kita asyik sama HP, kita ketinggalan koordinasi untuk doorstop. Kan sedih :(

3. Sotoy aja :3
Kalau ini yang tadi saya bilang, saya dapat tips ini dari Kibow. Semakin lo sotoy, semakin lo dikenal. Tentunya sotoy yang nggak gengges ya. Kaya misal kita membuka percakapan dengan info A1 yang masih belum pada tahu, seperti hari ini ternyata si A mau kampanye ajak ibunya. Itu bisa menjadi pancingan untuk ngobrol sama wartawan lain. Tentunya data harus valid ya. Jangan sampe kita ngarang cuma biar dapet perhatian dari yang lain.

4. Tukeran Nomor HP
Nah, ini penting banget! Kita sebisa mungkin minta nomor hp wartawan embedded atau timsesnya. Even kita juga dapat agenda paslon dari temen kita (yang sekantor), tapi nggak ada salahnya kan punya nomor hp temen selapangan. Karena dari dia, kita bisa dapet lokasi pastinya yang dia share via maps, dapet agenda kalau temen kita nggak balas whatsapp kita, dan dapet info lain-lainnya juga. Bahkan kita malah bisa diajak main sama mereka juga kan lumayan nambah temen kaya yang tadi saya bilang.
Intinya, mau ikut siapapun seru kok, tergantung kita gimana bisa membaur sama timses dan rekan-rekan embedded-nya. Terlepas kegiatan berpolitiknya, saya yakin ketiganya pasti memiliki visi misi yang mulia untuk memajukan Jakarta. Cieeee. 
Asal jangan ikut-ikutan war di media sosial seperti orang kebanyakan ya, yang gampang klik share berita tanpa divalidasi dulu. Rajin-rajinlah membaca dari sumber yang kredibel. Oke!

Salam damai.

XOXO!
Za

PS.
Selain pake kamera hape sendiri, foto juga didapat dari teman selapangan yang jarang bertemu di lapangan *halah* // Juga memakai properti Darth Vader dan Stormtrooper milik Ias agar kita tidak masuk ke dark side meski iming-imingnya menggiurkan. May the force be with you :3

3 comments:

Kulit Sehat dan Lembut dengan Redwin Sorbolene Moisturiser

7:53 PM Nova Zakiya 2 Comments


Hello, there! Happy new year! 🎇🎆🎇🎊

Berbagai macam (sok) kesibukan membuat saya jarang ‘menyentuh’ blog di akhir tahun kemarin. As I told you, tahun kemarin memang saya mendapat tantangan baru yang mengharuskan saya turun langsung ke lapangan, mendatangi sumber berita sebagai bahan berita saya. Berbeda dari sebelumnya dimana saya bekerja di dalam kantor, sekarang saya harus siap panas-panasan di luar ruangan. You know lah panasnya Jakarta beberapa bulan belakang seperti apa 😩

Bahkan nih ya bisa seharian ikut blusukan beberapa paslon yang maju di Pilkada DKI di tengah teriknya matahari dan polusi Jakarta yang kian nggak sehat. Literally seharian, dari pagi sampai sore (I’ll tell you on the next post ya, promise! haha). Kadang setelah panas terik beberapa jam kemudian hujan deras. Salah salah, kalo nggak tahu triknya, kulit jadi kering dan keling. Ya maklum, kulitnya shock biasanya kepapar AC tau-tau jadi ‘berjemur’. Padahal sama aja sih dua-duanya kalau kelamaan bikin kulit kering.

Then I’m looking for something like moisturiser yang bisa bikin kulit tetap sehat. lembut dan lembab meski seharian di bawah sinar matahari. Ulalaaa, I've got this one named Redwin Sorbolene Moisturiser yang dari sekian review yang saya baca merekomendasikannya karena bisa bikin kulit sehat dan lembut. Ditambah Redwin juga telah mendapat rekomendasi dari para dermatologis lho untuk menjaga kelembapan kulit dan mengatasi masalah kulit sensitif, kering, kasar dan rusak karena pecah-pecah, bersisik, dan terkelupas akibat kehilangan elastisitas kulit. LENGKAP!


Produk darimana sih Redwin itu?

Nah buat yang masih asing dengan Redwin, brand yang satu ini berasal dari Australia. Nggak hanya moisturiser-nya aja, Redwin juga punya produk body wash-nya lho. Sementara kalau di Negara asalnya, Redwin juga punya produk deodorant, shampoo, hand wash, dan dry skin moisturiser.

Redwin Sorbolene sendiri merupakan produk Sorbolene nomor satu di Australia yang telah dipercaya dan aman untuk melembabkan kulit dan menutrisi segala jenis kulit, bahkan untuk kulit yang paling sensitif juga aman buat kulit bayi yang baru lahir. Pantes aja kalo varian Redwin Sensitive Skin ini sudah dapat penghargaan lho. Kiw!



Trus, Sorbolene itu Apa?

Mungkin beberapa masih asing dengan istilah ini. Sorbolene adalah jenis perawatan kulit untuk seluruh tubuh yang nggak akan menyebabkan alergi, karena sorbolene sendiri tidak mengandung zat-zat aditif keras layaknya pewarna, wewangian dan parabens (bahan pengawet) yang bisa memicu reaksi alergi dan iritasi pada kulit.

Mengapa Redwin Sorbolene Moisturiser?

As their tagline, “try redwin for yourself and your skin will thank you everyday”, sorbolene moisturiser dari Redwin ini mengandung vitamin E, 10% Glycerine dan Sorbitol yang bisa bikin kulit lembut, lembab, halus dan sehat pastinya. Ditambah nggak adanya bahan-bahan pemicu alergi jadi aman dipakai, termasuk buat kulit sensitif.

Selain itu, ini dia beberapa kegunaan Redwin Sorbolene Moisturiser :
💜 Melembabkan dan mempertahankan kelembutan kulit serta melindungi kulit
💜 Mengatasi dan mencegah masalah-masalah kulit kering, kasar dan bersisik
💜 Meningkatkan elastisitas kulit untuk kulit yang lebih kenyal
💜 Vitamin E dari minyak biji gandum sebagai anti-oxidant untuk melawan radikal bebas, mencegah penuaan dini, dan meremajakan kulit yang rusak akibat masalah kulit kering

Soal Kemasan
Saya punya yang kemasan 100 gr berbentuk tube plastik dengan tutup flip. Pas pertama banget mau dipakai, ada alumunium foil yang menutup lubangnya sehingga terjamin kebersihan dan keamanan isinya.
Di kemasannya tercantum tentang informasi komposisi, fungsi, dan aturan penggunaan. Selain itu, juga terdapat informasi produk dibuat dimana, didistribusikan oleh siapa, juga yang paling penting, expired date-nya. Meski demikian, produk ini memiliki masa kadaluarsa 24 bulan alias 2 tahun setelah segel dibuka.

Soal Tekstur dan Wanginya
Redwin SorboleneMoisturiser ini memiliki tekstur yang agak kental dengan warna putih. Senangnya, pelembab ini sama sekali tidak lengket saat diaplikasikan ke kulit dan cepat meresap. Nyaman banget dong tentunya buat yang harus 'sat-set' beraktivitas haha. Memang tidak terlihat ada bedanya sebelum dan sesudah pemakaian kalau difoto ya, tapi kalo disentuh duuuuuh lembut sukaaaak! 💓

Kalau soal wangi, emmm, jujur saya agak kurang suka. Beberapa menyebut wanginya vanilla tapi kalau saya pribadi saat mengaplikasikan ke kulit, justru tercium bau obat-obatan atau bau rumah sakit yang agak menyengat. Wajar sih, soalnya Redwin mengklaim produknya tidak menggunakan wewangian. Untungnya, bau obatnya cepat hilang secepat dia meresap di kulit hehe.

Pengalaman Menggunakan Redwin Sorbolene Moisturiser

Well, sudah lebih dari satu bulan saya menggunakan Redwin Sorbolene Moisturiser. Biasanya saya pakai sehabis mandi sebelum berangkat kerja, terutama di tangan dan kaki yang lebih rawan kering hehe. Setelah wudhu biasanya saya kembali usap di tangan dan kaki. Atau pas ngerasa kulit kering banget biasanya dioles lagi.

Namun karena panasnya sinar matahari yang kejamnya super duper bikin perih kulit, sekitar 15 menit sebelum ke luar ruangan, tangan dan kaki saya tambah sunblock biar nggak belang hehe.

Dan saya mengamini manfaat Redwin Sorbolene Moisturiser ini yang bener-bener bikin kulit lembab dan kenyal biar dipakai beraktivitas di lapangan seharian. Kadang kalo lagi ribet nggak sempet ‘moles’ lagi, kulit saya terasa lembab selama hampir 24 jam, terutama di bagian yang tidak terkena air. Dan setelah sebulanan pake ini, kulit saya memang terasa lebih sehat dan lembut, nggak ada lagi tuh goresan saat kuku digores ke tangan. Yeay!

Oh ya, kabar gembiranya lagi, Redwin Sorbolene Moisturiser ini ternyata sudah dapet label halal lho dari Australian Federation of Islamic Council (AFIC) jadi yes ini kosmetik halal ndak perlu khawatir ada bahan bahan 'mencurigakan'. Alhamdulillah :))

So the conclusions are…
(+)
kulit sehat dan lembut. FIX!
cepat meresap di kulit dan tidak lengket
jago deh kalo urusan melembabkan dan menutrisi kulit
travel friendly!
cocok untuk semua jenis kulit dari segala usia mulai dari bayi sampai tua, bahkan untuk kulit sensitif sekalipun
Sudah dapet label halal coy~

(-)
wanginya wangi obat :(
saat diaplikasikan dalam jumlah banyak, meresapnya agak lama ya

So I give Redwin Sorbolene Moisturiser 8 from 10 yeay! 👏👏👏👏👏👏

Buat yang bingung dapetin produk ini dimana, dia dijual di berbagai drug store seperti Watsons, Guardian, Century, Kimia Farma. Terus ada juga di Toserba Yogya, Carrefour, AEON, Ranch Market, Farmers Market, the Food Hall, Daily Food Hall, LotteMart, dan masih banyak lagi. Untuk harga, Redwin Sorbolene Moisturiser kemasan 100 gr ini dibanderol Rp 75K. Ya worth it lah untuk dapetin kulit sehat dan lembut :3

Kamu bisa kepoin lebih lanjut si Redwin Sorbolene Moisturiser ini kesini nih 👉 Redwin Indonesia

Jadi karena kulit adalah aset berharga setiap orang, khususnya wanita, yuk kita jaga dan rawat sebaik mungkin, salah satunya dengan memilih pelembab yang tepat. Nah saya rekomendasikan produk ini karena kulit sehat dan lembut berawal dari Redwin Sorbolene Moisturiser~

Selamat mencoba!

XOXO!

Za 

2 comments: