BELITUNG DAY #3 - HARI TERAKHIR DI BELITUNG

5:40 PM Nova Zakiya 1 Comments


Kata orang kebanyakan, kalau kita menikmati setiap momen yang terjadi, biasanya hari itu akan berasa cepet banget. Dan iya dong. Tiga hari liburan di Belitung berasa cepet aja, tau tau udah hari terakhir. Dan sorenya harus udah terbang ke Jakarta lagi aja dong. Liburanku berakhir sudah.
Sebenarnya di hari ketiga ini, acaranya udah ‘remeh temeh’ alias mengunjungi yang belum terkunjungi di hari-hari sebelumnya. Destinasinya pun terbilang udah sedikit, jadi bisa lumayan lama sih di masing-masing tempat. Yang penting. Kita bisa berangkat agak siangan. Hahaha.
Di akhir hari kedua karena kita nongkrong sampai malem kan di kafe pinggir pantai Tanjung Pendam, jadi di hari terakhir ini kita dijemput tim @bmctourbelitung sekitar pukul 10 pagi. Itu juga jam 10 nggak langsung jalan sih karena ada beberapa yang belum beres dan buat kenang-kenangan juga, kita foto. Depan bis. Di parkiran hotel.

(Ceritanya) Syuting di Pantai Tanjung Tinggi
Siapa yang nggak kenal Pantai Tanjung Tinggi? Kayaknya hampir semua orang yang ke Belitung pasti menjadikan pantai ini salah satu destinasi liburannya. Apalagi pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi. Tapi terlepas jadi atau tidaknya pantai ini sebagai lokasi syuting film, si Pantai Tanjung Tinggi ini emang pantas jadi destinasi wisata favorit di Belitung.
Pertama, perpaduan pasirnya yang putih dan lautnya yang biru itu seger banget dilihatnya, apalagi air lautnya bening. Kedua, terdapat ratusan batu granit berukuran besar yang tersebar di area pantai tersebut, yang semakin menambah keindahan si pantai itu sendiri. 
Bebatuan ini berasal dari pembekuan magma di bawah permukaan bumi di kedalaman puluhan kilometer. Terus gimana bisa muncul ke permukaan? Itu karena bebatuan ini mengalami proses tektonik berupa pengangkatan, terus beberapa mengalami pematahan dan peretakan. Nah ketika si batu batu ini muncul di permukaan, mereka disambut pelapukan, erosi maupun abrasi selama ribuan tahun sehingga terjadilah sekarang si bebatuan granit ini muncul seolah-olah sebagai bongkahan batu yang terpisah-pisah. Coba perhatiin deh, pantai-pantai di Belitung ini hampir sebagian besar memiliki bongkahan batu granit ini. Oh ya, info ini awalnya saya dapet cerita Mba Desi, guide tour kita, terus pas bikin tulisan ini riset lebih dalem ketemulah ulasan dari ahli Geologi ITB, Budi Brahmantyo. Hehehe.
Mba Ajeng dan Retna nih kalau yang mau kenal haha
Tapi kita nggak basah-basahan disini, mengingat nanti sore kita sudah pulang ke Jakarta. Nggak ada waktu untuk bilas segala macem. Lebih tepatnya. Takut keburu-buru. Jadi kita puaskan foto foto aja deh ya. Hihi.

Namanya tempat wisata, sudah pasti ada yang jual buah tangan kan. Nah selain oleh oleh berupa makanan, ada oleh oleh khas lain dari Belitung yaitu Batu Satam. Batu ini terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun lalu di tanah pulau Belitung. Istimewanya, batu ini hanya ada di Indonesia lho dan jadi bebatuan langka yang banyak diburu kolektor batu di seluruh dunia. Bahkan batu satam sendiri dijadikan ikon ibu kota Belitung yang ada di alun alun Tanjung Pandan lho!

Borong Oleh-Oleh di Klapa
Cukup lama kita berada di Pantai Tanjung Tinggi, sampai akhirnya Mba Desi mengingatkan masih ada destinasi lain di hari ini sebelum pulang ke Jakarta. Lebih tepatnya, beli oleh-oleh! Rencana awal, sebelum beli oleh-oleh, kita mau mampir makan duren Belitung. Sayangnya, durennya lagi nggak banyak pas lewat kata Mba Desi, dan lumayan sepi. Jadi pupuslah harapan saya untuk makan duren Belitung. Huff.
Rombongan darmawisata ini langsung menghabiskan pundi-pundi uang di Klapa, sebuah toko oleh-oleh khas Belitung. Lantas apa saja oleh-oleh khasnya? Ada kerupuk ikan dan segala seafood lain yang dibuat kerupuk (maksudnya ada krupuk cumi, udang, rumput laut, teri, dll gitu lho), ada terasi khas Belitung, ada kaos, kain termasuk batik Belitung, terus ada juga sirup jeruk kunci yang di malam sebelumnya kita pernah minum di Wan Bie.
Setelah bungkus yang berkardus kardus (yang lain, bukan saya, karena saya nggak banyak belanja, cuma modal dikresekin aja karena setelah ini nggak langsung pulang ke rumah), kami sempat mencicipi es kopi susu yang dijual di kedai di tempat oleh-oleh itu. Harganya kisaran Rp 10.000 – 20.000 satu gelasnya. Ya seperti biasanya, saya hanya minum es coklat dan itu pun enak banget, coklatnya lebih berasa ketimbang yang sebelum-sebelumnya saya minum. Kata Mba Desi juga begitu sih, enak disini hehe. Nah kalau kopinya, menurut Retna si anak kopi, juga lebih enak dari kopi kuli yang diminum sebelumnya. Katanya, kopinya ada rasa rasa coklatnya gitu.

Makan Siang di Mie Belitung Atep
Puas belanja oleh-oleh baik untuk keluarga maupun teman sekantor, perjalanan kita lanjutkan untuk makan siang di Mie Belitung Atep di Jalan Sriwijaya! Bakmi yang terkenal banget sebagai bakmi-nya Belitung. FYI, mie Belitung Atep ini udah dirintis dari tahun 1973 dan tetap ramai sampai sekarang! Hal ini bisa dilihat dari banyaknya foto pengunjung yang dipajang, yang sebagian besar itu artis dan pejabat. Bangunannya aja masih nuansa nuansa bangunan lama gitu. Hehe.
Nah yang penasaran isi Bakmi Atep itu apa aja, jadi ada mie kuning (pastinya dong ya!) yang sudah diseduh air panas, lalu ditaburi tauge, irisan timun, kentang rebus, tahu, udang, dan emping melinjo. Jika biasanya bakmi bakmi lain menggunakan kuah kaldu ayam, nah si Mie Atep ini pakai kuah kaldu udang yang kental berwarna kecoklatan gitu. Rasanya manis-manis kental gitu enak. Kalau yang nggak terlalu suka makan makanan manis, bisa ditambah kecap asin sih. Sama tambah sambel biar lebih pedas! Kalau saya sih suka!
Ada kejadian lucu di tempat ini. Ya namanya kita berenam belas, sudah jelas ramainya kaya apaan tau. Ramai secara fisik. Ramai secara suara. Terus satu meja itu kira-kira hanya bisa diisi 6-7 orang. Awalnya ada niatan untuk gabungin meja biar bisa satu meja rame-rame. Eh ternyata nggak boleh. Mungkin karena fengshui juga kali ya, atau bikin repot juga sih buat yang punya warung (mungkin). Tapi yang lebih lucunya adalah Mas Kancil dimarahin sama salah satu ibu pekerja di situ yang lagi motongin sayur kayanya gara-gara berisik. Terus dia langsung diem seterusnya sambil lirik-lirik ke ibu itu. Hahaha.
Selepas dari Mie Atep Belitung, kita mampir sebentar ke tempat jualan Ketam Isi yang isinya beneran kepiting. Lokasinya masih selurusan sama Mie Atep ini, nggak ada 5 menit sih. Ketam isi yang dijual disini ada yang ready to eat, ada yang frozen food. Kisaran harga yang sudah matang ini dari Rp 5.000 sampai Rp 10.000-an tergantung ukurannya.

Mampir di Rumah Adat Belitung
Karena ternyata waktunya masih ada, jadilah kita mampir ke rumah adat Belitung. Tadinya destinasi ini hampir di-skip biar di destinasi terakhir bisa agak lamaan. Tapi kata Mba Desi di rumah adat pun nggak akan lama kok. Nama rumah adatnya sendiri adalah Rumah Adat Panggong, yang menjadi miniatur rumahnya bangsawan atau pejabat zaman dulu. Letaknya kalau saya tidak salah seinget saya dekat dengan kantor bupati, biar kalau ada tamu dinas bisa lihat juga gitu hehe.
Ada diorama pernikahan Adat Belitung lho
Hampir semua bangunannya terbuat dari kayu dan dibangun memanjang menjadi lima bagian, dimana semakin ke belakang fungsinya semakin rendah. Ya semacam kalau di teras untuk tamu terus semakin ke belakang ketemu dapur untuk asisten rumah tangga. Semacam itu deh. Nah pas masuk, kita langsung bisa lihat ada pakaian pengantin khas Belitung, lengkap dengan seserahan dan segala jenis makanan dan perintilan saat acara pernikahan, ada juga pakaian adat dan foto-foto bupati Belitung terdahulu, juga foto foto kebudayaan di Belitung. Adem sih pas masuk rumah. Teduh aja gitu.
Foto-foto pemimpin Belitung nih guys
Uniknya rumah ini tuh sama sekali minim sekat, bahkan sama sekali nggak ada sekat sekat kamarnya sih. Jalan sedikit ke belakang ada jembatan yang disebut loss yang menghubungkan dengan ruangan selanjutnya yaitu dapur tempat hasil pertanian, perkebunan atau ikan disimpan. Di loss ini juga biasa digunakan anggota keluarga buat bersantai sambil quality time gitu katanya. Enak ya sambil menikmati semilir angin hihi. Beranjak ke dapur, selain tersimpan bahan makanan, tentu saja disimpan alat-alat memasak, bahkan ada juga replika alat yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil kebun lho. Di belakang lagi masih ada satu ruang yang biasanya digunakan sebagai ruangan untuk penjaga rumah atau asisten rumah tangga. Katanya sih ruang ini yang membedakan antara rumah si bangsawan dengan rakyat biasa, karena biasanya rumah rakyat biasa nggak ada ruang penjaga gitu jadi cuma ada 4 ruangan gitu.
Ini Mas Rato lagi cobain alat pengangkut hasil kebun 

Destinasi Terakhir: Danau Biru Kaolin
Destinasi ini memang udah saya incar dari awal bahkan pas masih dulu dulu sebelum ke Belitung. Seru aja sih liat orang foto disini. Kombinasi biru sama putih plus langitnya yang cerah juga. Dan beneran dong, pas beneran dateng kesini emang beneran indah. Oh ya, tips saya, pake kacamata ya kalau pas kesini, karena saking didominasi warna putih yang kepantul juga sama sinar matahari bikin susah melek kalau nggak pake kacamata.
bukan endorse kacamata lho!
Bersama model kenamaan seantero Palmerah dan sekitarnya, Billy :D
Danau ini merupakan bekas pertambangan Kaolin yang udah lama ditinggalkan, bukan danau yang berasal dari kawah gunung karena di Belitung nggak ada gunung aktif. Seinget saya sih Mba Desi pernah bilang begitu hehe. FYI, kaolin itu suatu mineral buat bahan industri kayak kosmetik sama kertas gitu lho!
Di pinggirannya sendiri dipagari kayu dan ada warning untuk berhati-hati di kawasan tersebut. Saya sendiri hanya melewati pagar sedikit, nggak berani buat ke bawah karena curam. Yang ke bawah hanya Mas Abi, Mas Rato dan Mas Kancil (terus Mas Kancil atraksi macam seluncur pasir gitu). Katanya fotonya jauh lebih bagus di bawah. Tapi ya gimana. Mba Desi juga wanti wanti sih kalau bisa jangan ke bawah hehe. Jadi sebagian besar dari kita hanya foto foto di atas aja sih.
Mas Abi, Mas Rato dan Mas Kancil berburu gambar di bawah, pun abis itu seluncur pasir -.-
Formasi rombongan darmawisata LENGKAP!
Puas berfoto dan nerbangin drone di Danau Biru Kaolin yang nggak jadi diterbangin di Pantai Tanjung Tinggi karena anginnya kencang, masuklah kita ke bus, dan menuju Bandara yang hanya menempuh waktu kurang lebih 15 menit. Ibaratnya, baru mau merem nih, eh tau tau udah masuk parkiran bandara aja. Ini menandakan bahwa liburan kita benar-benar sudah berakhir.
Kami pun berpamitan dengan Mba Desi, Mas Eko dan Bang Rampet, untuk kemudian check in dan mengetahui bahwa pesawat kami delay sekitar 40 menitan dari yang seharusnya flight di jam 16.40 WIB. Sudah bisa dipastikan bahwa rombongan kami lah yang paling ramai di ruang tunggu. Hahaha.
Hampir pukul 6 sore akhirnya kita masuk pesawat dan take off menuju Soetta. Niatnya di pesawat mau tidur, tapi apa daya nggak bisa. Perjalanan pulang memang akan selalu terasa lebih cepat daripada perjalanan berangkat. Karena kita ngobrol, ngemil muffin dari maskapai, foto-foto senja sambil nunjuk banyak kapal di lautan di bawah (beberapa nampak seperti kapal pesiar hmmm), baru mau merem (lagi), tau tau udah mau landing di Soetta. Memang tidak ditakdirkan untuk tidur nampaknya. Hmmm.
Foto foto di pesawat ini jelas bukan dari kamera saya karena kamera saya di kabin dan hape saya mati haha
Selalu ada aja cerita, di Bandara Soetta sekalipun. Jadi sambil nunggu bagasi, (sepertinya) dipelopori oleh Mas Rato, kita beramai-ramai menyaksikan dan (sebagian) mencoba air siap minum di Bandara yang disebut sebagai air yang turun dari langit. Hahaha. Maka selanjutnya, sebelum berpisah, kami dinner dulu. Di KFC. Setelah 3 hari sama sekali tidak menyentuk junk food *LOL*
Sekitar jam 8 pun saya pamit undur diri berpisah dengan rombongan darmawisata ini menuju stasiun kereta bandara untuk pulang ke kosan. Sementara yang lain ada yang naik Damri, ada yang naik taksi online, dan ada yang dijemput driver.

Kesan dan (tidak memberi) Pesan
Ini nih si Retna, oknum yang selalu ngajakin liburan. gapapa eke senang!
Jadi sebelum saya menutup cerita liburan saya, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada rombongan independen terpercaya ini yang sudah mengizinkan saya menyusup ikut liburan bersama dan nambah teman-teman baru. Sebenarnya, sebelumnya saya sudah pernah bermain dengan sebagian anak-anak ini, kaya Billy, Tina, Mba Ajeng, Mas Tommy, Mas Al, dan Mas Aby waktu ke Bandung abis kondangan di Mas Wildan. Tentu saja Retna yang ngajak lah orang kita udah main bareng dari bertahun-tahun lalu waktu masih satu sekolah (plus gibah bareng juga ya sis haha), dari zaman cuma ke Bandung sampai ke Belitung. Eh sekarang makin tambah temen-temen baru, macam Happy, Venni, Mba Ici, Mba Oca, Mas Rato, Mas Kancil, Mas Bima dan Mas Vicko, dengan karakter dan ceritanya masing-masing. Terima kasih atas liburan singkatnya. Saya senang!
Sampai jumpa di liburan selanjutnya ya!

XOXO!
Za

PS.
Dokumentasi yang ada di postingan ini sebagian besar hasil foto saya sih, tapi nggak sedikit juga di-combine dari dokumentasinya @bmctourbelitung, terus kamera Mas Al, Mas Tommy dan Mas Aby. Sepertinya sih hanya itu. Lupa haha. Ada banyak banget fotonya yang saking banyaknya (hampir seribu deh kalo ditotal sama dokumentasi dari pihak tour) jadi nggak bisa diunggah semua di sini. Hehe.

Dan yang belum baca cerita di hari-hari sebelumnya bisa klik di bawah ini ya!

Selamat merencanakan liburan ya! Semoga tulisanku bisa membantu! Yeay!

1 comments:

BELITUNG DAY #2 - WISATA BAHARI BELITUNG

10:17 PM Nova Zakiya 2 Comments


Sesuai judulnya, maka di hari kedua kami di Belitung (28/1) adalah jelajah dari pulau satu ke pulau lain di Kepulauan Bangka Belitung. Sudah dipastikan, baju ganti, baju basahan, peralatan mandi dan SUNBLOCK (yang paling penting) harus ada di tas! Karena hampir sepanjang hari kerjaannya cuma main air aja udah. Yeay!
Tentunya masih bersama @bmctourbelitung, kami dijemput di jam 8 pagi tepat! Saya sendiri lama di kamar sih jadi memang nggak jalan-jalan di sekitar hotel, nggak kaya anak anak lain hehe. Setelah sarapan nasi goreng seadanya dan minum susu beruang (hidup anak susu!), kami pun berangkat ke tempat tujuan pertama kita adalah… *JENG JENG JENG JENG* PANTAI TANJUNG KELAYANG! Yihaaaa~
Ini Mba Ici sama Mas Bima, guys! FYI aja hehe
Tapi belum basah-basahan sih. Di pantai ini, kita hanya dibekali life jacket karena seharian itu, hampir sebagian besar waktunya, kita habiskan di atas kapal. Makanya, keberadaan SUNBLOCK BER-SPF TINGGI TERAMAT SANGAT DIBUTUHKAN, GUYS!

TUJUAN #1 : PULAU BATU BURUNG GARUDA
BERTUJUH-BELAS! Dari atas kiri ada Mas Al, Happy, Billy, Mba Oca, Tina, Mba Ajeng, saya, Venny, Mas Bima, Retna dan Mba Ici. Sementara di bawah dari kiri ada Mas Kancil, Mas Vicko, Mas Rato, Mas Tommy, Mba Desi dan Mas Aby
Nah setelah semua rapi mengenakan life jacket, SUNBLOCK, termasuk memompa floaties demi kebutuhan dokumentasi yang ciamik ala ala selebgram, kami semua naik ke kapal dan menuju pemberhentian pertama, PULAU BATU BURUNG GARUDA. Sebenernya dari Pantai Tanjung Kelayang tadi, si pulau ini sudah keliatan jelas saking deketnya. Dan kenapa namanya Pulau Batu Burung Garuda? Karena bentuk batunya kayak burung garuda. Sesimpel itu guys! Cuma persepsi orang beda-beda sih, ada yang bilang mirip garuda, ada yang bilang mirip kura-kura. Hmmm.
Jadi lebih mirip apa nih?
Tapi kita nggak singgah di pulaunya. Kapal kita berhenti deket pulau yang sekiranya bisa dapet nih angle Burung Garudanya kalau difoto. Ya karena kalau kita di pulaunya, nggak bisa dapetin foto dengan latar batu burung garudanya itu. Hehe.

TUJUAN #2 : PULAU TAK BERNAMA (BUAT FOTO DRONE)
Udah keliatan ya Mba Desi kayanya sulit banget atur anak anak ini? Haha
Demi foto yang kece dan mumpuni, jauh-jauh hari sudah dibilang bahwa dresscode kita putih. Sesungguhnya, di awal pertemuan kita di kantin Palmerah pas momen ngomongin si dresscode ini, saya kira cuma bercanda. Tapi untung banget bawa baju putih karena emang mau dicocokin sama kimono senja saya. Ya selamat deh haha. Tapi Mas Kancil nggak ber-dresscode, dia satu-satunya yang pake kaos item di foto.
Foto keluarga dulu lah mumpung masih rapi ya
Nah sebelum kita ke pulau yang ada di daftar tujuan (dari pihak tour-nya), kita mampir di pulau tak berpenghuni. Ada namanya sih, Mba Desi sebutin namanya. Tapi kali ini saya nggak informatif karena saya lupa banget namanya apa (pas hari kedua ini jarang pegang hp soalnya jadi nggak bisa nyatet). Pokoknya pulaunya sepi, pasir putih, laut biru bening dengan bebatuan khas pantai di Belitung. Sepinya ini yang kita incar untuk ambil dokumentasi via drone.
Ini pulaunya guys! Bisa tebak kita di mana? Hahaha
Dalam prosesnya, mungkin Mba Desi dan Mas Eko bener-bener kayak ngatur anak sekolah mau foto pas study tour. Bader banget dibilanginnya haha. Dan memang untuk mendapat visual yang kece butuh pengorbanan, mulai dari lari-larian bikin lingkaran besar lingkaran kecil terus muter, sampai tiduran di pasir yang atasnya pas banget matahari. Silau men!
Satu-satunya yang pake kaos item, yang nggak samaan putihnya, itu Mas Kancil alias Mas Arif.

TUJUAN #3 : PULAU LENGKUAS
Setelah berasa mateng dijemur di pulau sebelumnya buat foto drone, perjalanan kita lanjutkan ke Pulau Lengkuas. Konon katanya, nama Lengkuas ini berasal dari mercusuar yang ada di pulau tersebut. Dalam bahasa Inggris kan mercusuar itu light house, nah orang setempat nggak bisa mengucapkan itu dengan benar dan akhirnya terucaplah ‘lengkuas’. Setidaknya itu cerita yang saya dapat dari Mba Desi. Haha.
Perjalanan ke Pulau Lengkuas ini terbilang cukup lama, dari yang warna air lautnya biru muda sampai biru tua alias lebih dalem ke tengah laut, sampai yang ombaknya besar sampai Billy kepeleset dan jatuh. Sampai yang mau duduk di tengah kapal sekalipun, tetep basah kecipratan air *salim sungkem sama Retna yang tasnya waterproof buat ikut simpen kamera sama hp haha*.
Rame banget kan? Huff
Dan benar kata Mba Desi, kalau kita foto drone di pulau ini, wah ramenya pake banget. Ada banyak rombongan wisatawan di pulau ini, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan si mercusuar ini yang jadi daya tarik di pulau ini. Mercusuar yang sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda tahun 1882 dengan tinggi 65 meter dan 18 lantai. Sayangnya sekarang mercusuar ini udah nggak dibuka lagi untuk wisatawan karena marak pungutan liar (pungli). Yaaa ulah oknum sih :(
Kita numpang ganti baju dan ke toilet sih disini, buat persiapan snorkeling. Sebagian jalan-jalan buat foto di bebatuan, sebagian foto dengan background mercusuar, sebagian makan pop mie dan kelapa muda.

TUJUAN #3.5 : SNORKELING
Nggak jauh dari Pulau Lengkuas, kapal berhenti dan Mba Desi mulai membagikan peralatan untuk snorkeling. To be honest, this my very first time and I feel so scared! Saya emang jarang liburan ke laut dan anaknya lebih suka nyari aman nggak mau basah basahan haha. Tapi yaudah mumpung udah kemari kan. Udah nih pake segala rupa, turun, dan ‘ambyar’ semua pelajaran renang yang diajarin almarhum guru saya. Banyak takutnya. Jadi gelagapan. Maafin saya ya Mas Tommy udah repotin :(
Ini Retna, bukan saya lah! Hahaha
Yang jelas nyemplung sebentar, liat ke bawah, udah difoto, udah langsung naik ke kapal. Nggak peduli fotonya jadi atau nggak. Iya saya anaknya cemen. Haha. *terus malah sekarang nggak nemu foto yang dikirimin sama pihak tour saking banyaknya foto dan beberapa harus 'minta izin gitu'. Huff.

TUJUAN #4 : PULAU KEPAYANG 
Tenaga berasa udah kekuras (padahal nggak banyak ngapa-ngapain sih), bawaannya udah kaya orang mabok laut (big thanks buat lengannya Billy buat senderan!), tapi kita masih di perjalanan buat makan siang di Pulau Kepayang. Kata Mba Desi lagi nih, kenapa namanya Pulau Kepayang, karena biasanya yang dateng kesini bawaannya udah mabok kepayang sama perjalanan sebelumnya. Emmm. Iya kali ya. Hihi.
Begitu sampai udah berasa enak banget bisa minum teh manis panas yang kadar kemanisannya bisa kita atur sendiri (gula sama tehnya terpisah gitu). Menu makan siangnya kita ketemu kepiting lagi, ditambah cumi tepung, sate udang, cah kangkung, ikan bakar. Cuminya enak! Kepitingnya juga sih. Ya semuanya enak deh. Tapi yang lebih enak lagi pisang gorengnya (terpisah dari paket lunch ya), sepiring harganya 28 ribu isi 4 potong pisang goreng dan itu enak banget! (makasih mas Tom udah ngingetin bagian ini haha). Saking enaknya semua makanan disini (efek laper juga apa ya?), jadi saya sama sekali nggak ngeluarin kamera buat foto. Jadi guys, mohon maap, di segmen ini, nggak ada yang terdokumentasikan dari saya. Hahaha.
Di pulau ini pula, dari kejauhan, kita lihat orang-orang pada main di tengah laut. Pertanda air laut sudah mulai surut dan pulau pasir pun sudah bisa disinggahi. Yeay!

TUJUAN #5 : PULAU PASIR
Pulau ini sebenarnya tadi udah kita lewatin pas berangkat menuju ke Pulau Lengkuas, sayangnya airnya saat itu pasang sehingga nggak bisa berhenti. Jangankan berhenti, pasirnya aja nggak ada yang nongol. Beruntung, selesai makan siang, pulau pasir ini sudah nampak dan sudah mulai banyak wisatawan yang singgah.
Kalau kalian sering liat orang prewedding di pasir-pasir tengah lautan, nah kurang lebih seperti inilah bentuk pulaunya. Hamparan pasir yang nongol di tengah-tengah laut. Sudah jelas nggak berpenghuni dong ah orang kecil haha. Dan kalau beruntung, kita bisa ketemu Patrick si bintang laut!
Our muse!
Rombongan darmawisata ini lumayan lama berhenti di pulau ini, karena kita keasyikan berenang, main air, main pasir dan foto-foto tentunya. Dan (lagi-lagi) beruntung, pas kita lama disini, pas pulaunya nggak begitu rame hehe.

TUJUAN #6 : PULAU BATU BERLAYAR
Puas main air di Pulau Pasir, kita melipir ke Pulau Batu Berlayar. Kenapa namanya Batu Berlayar? Karena bebatuannya nampak seperti kapal layar. Banyak dan besar-besar. Yang berani pada naik ke atas bebatuan yang tinggi, yang cengceremen seperti saya cukup di batu yang bisa kejangkau aja. Yang penting pas foto aman. Udah. Simpel. Hahaha.
Sama halnya dengan pulau pasir, pulau Batu Berlayar ini hanya bisa dikunjungi saat air laut surut. Selain itu, banyaknya bebatuan besar disini bikin Mba Desi ngasih warning buat hati-hati kalau mau naik di bebatuannya. Kerang-kerang di batunya ini cukup tajam dan bisa bikin kaki luka. Dan lagi-lagi kita cukup lama disini sampai rombongan lain udah berganti ganti tapi kami tetap disini. Hahaha.
We learn to 'pose' from Billy!

TUJUAN #7 : PULAU KELAYANG 
Destinasi selanjutnya, pulau Kelayang. Di pulau inilah si unicorn kita berdayakan demi foto yang (meminjam istilah anak zaman sekarang) HQQ. Jadi berurutan aja dah buat foto di unicorn, terus sebagian foto-foto sendiri cari spot lain. Oh ya, di pulau ini juga kita bisa dapet background pulau Batu Burung Garuda lho tapi di bagian belakangnya.
Sudah keling dan malas retouch sunblock tapi bahagia~
Selain pantai, di pulau ini juga ada goa di tengah-tengah pulaunya. Jadi rutenya nih, dari pinggir pantai ke tengah dikit udah masuk ke hutan, lewatin bebatuan besar (terus kita pada nggak pake sendal dong), semakin ke dalam dan sampailah kita ke sebuah telaga di tengah goa. Yaudah, urut aja antre buat foto lagi. Haha.
Ini telaganya kalau kata orang kaya telaga bidadari hihi. inframe ada Mba Oca hehe
Medannya memang cukup terjal, makanya kudu waspada dan hati-hati banget pas berpindah dari batu satu ke lainnya. Beberapa batu juga tajam bikin sakit di kaki. Kalau perginya ramean, kudu saling jaga sih hehe.
Senja yang tidak terlalu senja *halah

TUJUAN #7.5 : SNORKELING 2
Sesuai janji dan pertanyaan yang sudah diajukan sebelum berangkat, “berapa kali kita bisa dapet snorkeling?”, Mas Rato pun kembali menagih untuk snorkeling yang kedua di dekat Pulau Kelayang (sebelum bilas). Setelah Mba Desi ‘cek ombak’, nyebur lagi lah anak-anak (saya nggak ya). Cuma berdasarkan penuturan anak anak yang nyebur, nggak terlalu banyak ikan disitu. Hanya karang-karang sama bulu babi.

TUJUAN #8 : BALIK KE PANTAI TANJUNG KELAYANG 
Ini kayanya dari kameranya Mas Al deh hehe
Wisata bahari hari ini berakhir (kembali) di Pantai Tanjung Kelayang yang sudah lumayan sepi sih. Matahari juga udah mau terbenam. Senja-an gitu ceritanya di tengah laut tadi haha. Jadi dengan membawa semua barang-barang yang ada di kapal, satu persatu mulai bilas karena badan dan rambut udah berasa ‘pliket’. Selesai selesai udah jam 6 sore aja dan langsunglah kita menuju bus yang sudah menjemput kita di pantai tersebut.

TUJUAN #9 : MAKAN MALAM ALA ORANG BELITUNG
Tadinya kita mau langsung makan malam, tapi ternyata ada beberapa yang nggak bilas di pantai tersebut jadi kita balik ke hotel dulu. Baru keluar makan sekitar jam setengah 8an malam di Wan Bie. Menunya udah bukan seafood lagi dong! Tapi makanan khas Belitung yaitu Bedulang. Makan Bedulang ini merupakan tradisi di Belitung untuk mempererat keakraban gitu dengan makan bersama di satu nampan besar. Di atasnya ada beberapa menu lauk, seperti ayam ketumbar, gangan darat yang isinya ada daging sapi dan singkong, ikan teri, bakso ikan, tumis buncis dan lalapan.
Sedap ini pedasnya pas!
Tradisinya nggak cukup sampai disitu saja, tetapi juga soal cara penyajiannya. Jadi berdasarkan cerita dari Mba Desi, yang paling muda nanti yang akan mengambilkan nasi untuk semuanya. Kemudian yang paling tua nanti yang akan mengambilkan lauk bagi yang lainnya. Oh ya, untuk makan Bedulang ini kita dibagi menjadi 4 kelompok (1 nampan bedulang 4 orang) dan saya satu kelompok dengan Venny, Retna dan Billy. Iya, saya yang ambilin lauk buat semuanya (padahal cuma selisih satu bulan doang sama Retna) tapi saya jadi bisa milih lauknya yang pertama hahaha anak yang culas.
Soal rasa, jangan ditanya. Enak. Gangan daratnya pun enak, nggak seasem gangan ikan Belitung yang saya makan di hari pertama. Pedasnya pas. Ditambah teri sama ayam duh nikmat. Sama bakso ikan juga. Apalagi setelah makan-makan sebelumnya menunya seafood mulu.
Selain makanannya nih, yang khas lagi yang disajikan malam itu adalah es jeruk kunci, yang merupakan minuman khas Belitung. Seger kaya es jeruk pada umumnya, hanya saja rasanya jauh lebih asam. Jeruk kunci ini juga tersedia sirupnya lho buat oleh oleh!

TUJUAN #10 : NONGKRONG ALA ALA DI PANTAI TANJUNG PENDAM
Kenyang makan di Wan Bie, kita nggak langsung pulang ke hotel tapi nongkrong dulu di Pantai Tanjung Pendam (yang lagi lagi saya kira hanya bercanda nggak taunya beneran). Cuma karena sudah malam, kita nggak main di pantainya, tapi sekedar nongkrong di salah satu kafe di kawasan pantai tersebut. Anginnya kenceng banget bikin masuk angin deh lama-lama di pinggir pantai. Oh ya, selain itu, kata Mba Desi, memang di pantai ini tidak diperbolehkan untuk berenang atau sekedar main air karena masih ada lumpur hidup.
Karena sudah kenyang, kita disini cuma mencicipi coklat dan kopinya, sambil mendengarkan live music gitu. Saya sendiri memesan coklat panas, sementara Retna (sudah dapat dipastikan) memesan es kopi. Memang anak kopi sejati dia. Ngobrol-ngobrol, dan cukup gerah sih di dalem kafe, kita baru balik ke hotel sekitar jam 10 malam. Udah pada ngantuk bawaannya, pun Mba Desi dan Mas Eko sudah tampak lelah.
Oh ya, untuk biaya nongkrong ini masuk ke biaya tambahan ya alias bayar sendiri-sendiri, nggak di-cover sama travel. Hehe. Nggak apa apa deh yang penting senang! Yeay! 
Jadi, makin tertarik nggak untuk menjelajahi setiap jengkal pulau-pulau di Belitung kah? Hihihi.

XOXO!
Za

PS.
Di cerita Belitung Day #3 alias hari terakhir kita di Belitung, saya akan cerita perjalanan ke pantai yang jadi happening banget gara-gara film Laskar Pelangi dan juga mampir ke Danau Biru Kaolin. Dokumentasi di postingan ini kombinasi dari dokumentasi @bmctourbelitung, Mas Tommy, Mas Abi dan punya saya ya!

Anyway, yang belum baca cerita Belitung Day #1: Jelajah Belitung Timur bisa baca disini ya! *spreading love*

2 comments: