Wisata Jakarta ala Mpok Siti

7:53 PM Nova Zakiya 6 Comments

Meski menjadi primadona untuk mencari kerja, namun Jakarta kerap kali (justru) ditinggalkan saat hari libur. Mengapa? Karena sebagian orang (mungkin termasuk saya), menganggap Jakarta tidak dapat memberikan ‘udara segar’. Apalagi kalau tinggalnya di pusat ibu kota yang justru lebih banyak gedung bertingkat ketimbang pepohonan yang asri (curhat lagi).
Tapi kadang badan nggak mau kompromi dengan alasan ‘capek kerja’. Seperti saya yang kalau libur pasti menghabiskan waktu untuk membayar ‘hutang tidur’ seharian. Tapi lama-lama bosan cuma di kosan, apalagi kalau liburnya 2 hari. Tapi mau ke Bogor atau ke tempat lain kalau misal cuma sisa sehari malah capek. Hahaha karena memang hidup itu banyak ‘tapi’-nya sih.
Akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan naik bus tingkat keliling Jakarta di hari libur yang kedua. Sebenernya saya sudah lama penasaran dengan bus wisata Jakarta ini skemanya dan rutenya akan seperti apa. Pernah waktu itu pas lagi nunggu jemputan, bus ini lewat sampe 12 kali, kan jadi makin penasaran.
Jadilah di hari Minggu, saya mengajak dua teman saya, Retna dan Dian untuk bergabung, biar nggak naik bus sendirian banget gitu hehe. Kalau kata Retna, “dasar orang desa nggak pernah liat kota,”, tapi bacanya dengan nada bercanda yah aha.

Bus Tingkat Jakarta Punya
Source: Area Jakarta
Nah, si bus tingkat ini punya nama, yaitu City Tour atau biasa dipanggil Mpok Siti. Modelnya sama, bus dua tingkat dengan layar di depan sebagai identitas bus. Ada 18 bus tingkat yang dikelola oleh PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) dan kita bisa naik secara cuma-cuma alias gratis.
Bus ini sudah dioperasikan di Jakarta sejak Februari 2014 dengan tampilan yang oke punya. Dulu sih bus serupa sudah pernah ada, namun fungsinya sebagai angkutan umum, bukan bus khusus wisata.

Rute Bus City Tour
Kenapa bus ini disebut bus wisata? Karena si Mpok Siti ini membawa para penumpangnya melewati tempat-tempat yang menjadi ikon atau landmark kota Jakarta. Nah, bus ini sendiri memiliki 3 rute dengan waktu operasional yang berbeda-beda.
Rute 1 memiliki judul “Sejarah Jakarta” dengan waktu operasional Senin hingga Sabtu dari jam 9 pagi sampai 5 sore dan di hari Minggu pukul 12 siang hingga 8 malam. Sudah pasti, rute ini membawa kita melewati tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah di Jakarta, seperti Museum Nasional, Gedung Arsip dan Museum Bank Indonesia.
Nah buat kalian yang hobi kuliner, cocoknya naik Rute 2 yang berjudul “Kesenian dan Makanan”. Bus rute ini hanya beroperasi di hari Minggu pukul 5 sore hingga 11 malam. Daaaan dia berhenti di Pecenongan which is tempat itu menyediakan banyak kuliner yang memanjakan lidah. Sayangnya kalau menurut saya, jamnya terlalu malam (ya tapi emang kuliner enak biasanya keluarnya malam malam sih) 
Dan di Rute ke-3 ada “Jakarta Baru” yang waktu operasionalnya mirip dengan rute 1. Sebenarnya ketiga rute ini memiliki irisan tempat yang dilalui alias nih bus pasti lewat rute yang sama. Jadi sebelum naik, pastikan kalian melihat tanda pengenalnya di atas bus ya.

Cara Naiknya Gimana?
Untuk dapat naik bus ini, kalian harus menunggu di halte-halte yang bertanda khusus. Seperti misalnya di Halte Museum Nasional, tempat saya menunggu ini. Memang agak lama menunggunya.
Saran saya naiklah di tempat yang sepi, dalam artian bukan dari halte tempat wisata kalau ingin mendapatkan posisi terbaik.
Karena selama saya menunggu di halte Museum Nasional, itu lumayan rame. Jeda kedatangan busnya bisa me-restock jumlah orang yang akan naik bus (yang baru keluar dari museum). Dan kita harus jeli untuk melihat nama busnya, kecuali kalau kalian memang ingin naik yang mana saja ya. Kebetulan saya dan teman saya ini lebih penasaran dengan Rute Sejarah Jakarta, sementara yang lewat terus adalah Rute Jakarta Baru, jadi ya agak nunggu lama.
Begitu busnya datang, kita disambut oleh sang kondektur dan dibagikan tiket kertas bertuliskan gratis. Saya masih kurang paham sih kalau gratis kenapa harus dibagi tiket, mungkin sebagai data penumpang per harinya berapa kali ya. Tapi sayang nggak sih sama kertasnya (yang nanti dibuang)? Mungkin datanya bisa pake tally counter? Karena dibagi tiket pun kita masuknya harus antre satu per satu. Hmmm mungkin bisa kali ya.

Tempat Duduk Terfavorit
Sudah pasti di lantai 2 paling depan! Dari situ kita bisa melihat pemandangan kota Jakarta paling clear dan suasananya tentu berbeda dengan kita duduk di bangku depan bus pada umumnya. 
Bahkan saya dan kawan-kawan tercinta saya ini rela menunggu cukup lama demi dapat duduk di bangku depan lantai 2 bus City Tour.
Oh ya, ketika kita sudah berada di dalam bus, kita tidak diperkenankan untuk berdiri. Harus duduk. Kalau belum duduk semua penumpangnya, busnya nggak mau jalan dan kondekturnya pun tegas memberi tahu lho. Salut deh!

Akhir Perjalanan
Ternyata saya agak sedikit miskomunikasi dengan rute, termasuk halte nanti tempat kita turun. Di pikiran saya, karena saya naik di Halte Nasional, saya bisa turun di halte itu lagi. Memang bisa sih, hanya saja kita harus tetap turun di halte terakhir Museum Bank Indonesia lalu ikut mengantre lagi di halte BNI 46.
Yup, semua penumpang harus turun SEMUA di halte Museum Bank Indonesia. Saya sempat melobi karena nantinya saya akan ikut arus balik dan rasanya ‘kentang’ kalau cuma naik di arah berangkat alias hanya satu jalur yang dilewati. Namun sang kondektur melarang dan tetap harus turun tanpa alasan. Ia mengatakan, kalau mau ikut arus sebaliknya, ya tetap harus naik dari Halte BNI 46. Huh!
Akhirnya untuk meredakan kekesalan akibat ‘dicampakkan’ (haha), kami membeli es potong yippie!
Kekesalan saya karena ‘dicampakkan’ tadi akhirnya terjawab dan merasa ‘oh ya juga ya, biar adil memang harus turun semua’. Karena begitu kami tiba di halte BNI 46, antreannya amat panjang pemirsa! Ya wajar sih kalau abangnya nyuruh kita turun semua. Masa mau ongkang ongkang kaki di bus terus, sementara disini yang nunggu udah banyak? Kalo gitu yang ada orang nggak mau turun di halte terakhir ini sih jadi yang di halte BNI 46 akan nunggu lama. Kasian. Maafin saya abang kondektur :(
Namun kami memilih untuk tidak ikut antre naik mpok siti ini lagi karena panjangnya bikin kita makin laper. Jadi kami memilih naik moda transportasi commuter line untuk akhirnya makan di Grand Indonesia (mall lagi mall lagi huff).
Oh ya, di satu artikel yang sempat saya baca sebelum memutuskan naik Mpok Siti ini, disebutkan bahwa bus ini dilengkapi audio yang menjelaskan latar belakang dari lokasi-lokasi yang disinggahi juga bus attendant (on board) yang dapat memberikan penjelasan mengenai ikon-ikon kota Jakarta yang dilewati. Tapi saya sama sekali nggak mendapatkan fasilitas ini. Tidak ada penjelasan tentang lokasi atau ikon yang disinggahi, jadi ya berasanya kaya naik TransJakarta biasa aja. Padahal kalau dilengkapi tentu akan lebih menarik karena kita bisa lebih tahu soal Jakarta. Toh tujuan orang wisata selain untuk refreshing juga ingin tahu cerita tentang tempat yang dikunjungi juga kan? Apalagi Jakarta yang notabene sebagai ibu kota pasti menyimpan beragam cerita sejarah.
But overall, wisata pake Mpok Siti ini cukup seru dan menyenangkan. Benar-benar berguna buat kita yang sok sibuk nggak bisa keluar kota even itu hanya ke Bogor atau Bandung untuk sejenak refreshing. Tentunya ditemani teman-teman yang asyik pula haha. Tapi jangan ikuti kita ya yang ujung-ujungnya mall lagi mall lagi haha. Banyak lokasi wisata yang dilewati, salah satunya di kawasan Kota Tua yang banyak bangunan bersejarahnya hihi.
Well, selamat mencoba dan sampai jumpa di cerita jalan-jalan berikutnya ya!

XOXO!
Za

PS.
Seperti biasa, hampir semua foto diambil pake Sony Xperia C5 Ultra Dual, termasuk video timelapse ini juga pake hapeku tercinta lho~

6 comments:

  1. Wah memang pengalaman tak terlupakan ya. Dicampakkan kondektur memang sakit Apalagi kalo dicampakkan oleh bus yg isinya kosong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi kalo... Eh ndak boleh curcol dimari haha. Senang jalan jalan bersama anda sis. Lagi yok~

      Delete
  2. Replies
    1. Ayo dicoba mba nayy pas main ke Jakarta yuk

      Delete
  3. Iya saya sepakat soal tidak adanya pemandu, atau minimal rekaman audio yang menjelaskan tentang tempat-tempat yang dilewati. Kalau bus wisata Werkudoro di Solo, itu masih ada pemandunya, Mbak. Ramah pula. Eh tapi adanya bus wisata di Jakarta ini aja udah bagus banget kok buat penduduk Jakarta. Lumayan kan pas mau jalan-jalan tapi lagi tanggal tua. =D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kalau di bus wisata solo ada pemandunya mas? Kok seru sepertinya, aku belum pernah coba hihi. Iya padahal kalo udah sama pemandu di bus wisata Jakarta pasti lebih menarik. Jakarta ibu kota kan pasti punya banyak cerita ya kan hehehe. Iya ya, jalan jalan di tanggal tua :3

      Delete