Kaleng Kebahagiaan
Setiap orang punya caranya masing-masing untuk membuat suasana
hatinya menjadi tenang, pun dengan saya. Ada banyak cara yang saya lakukan jika
suasana hati saya sedang murung, salah satunya dengan permen lollipop. Ya, bagi
saya permen lollipop bisa membawa ketenangan dan kebahagiaan tersendiri bagi
saya, walaupun bagi sebagian orang, permen lollipop dianggap sebagai jajanan
anak kecil.
Kaleng kebahagiaan. Begitu saya menyebutnya. Kaleng yang
saya dapat di sebuah minimarket dekat rumah berisi permen lollipop yang
seringkali saya bawa kemana pun saya pergi. Ketika permen yang di dalamnya
habis, saya segera “mengisi ulang” kebahagiaan saya. Ada sebuah cerita dari
kaleng ini. Cerita tentang seorang lelaki yang saya bagi isi kaleng ini untuk
pertama kali. Lelaki yang sempat mencuri hati saya satu tahun yang lalu.
Ruangan sepi sore itu, hanya ada saya dan dia, yang lainnya
sedang sibuk dengan urusan masing-masing meninggalkan ruangan. Pekerjaan saya
sudah selesai sejak 30 menit yang lalu. Sambil menunggu jam pulang, saya
memutar playlist White Shoes and the
Couples Company dari gadget saya
sambil browsing berita-berita yang
sedang heboh dibicarakan di situs media online.
Bosan. Saya memejamkan mata sejenak, kemudian saya teringat kaleng kebahagiaan
yang ada di dalam tas. Saya ambil sebuah lollipop dari kaleng tersebut, rasa
cola. Rasanya aneh jika saya hanya makan sendiri tanpa menawari dia yang sedang
asik bekerja.
“Mas, mau nggak?” Saya menghampiri
mejanya, menyodorkan kaleng yang berisi permen lollipop dan beberapa coklat
pasta.
“Itu apa? Lollipop ya? Boleh deh
daripada ngantuk. Makasih ya.” Ujarnya setelah mengambil sebuah lollipop rasa
strawberry, tersenyum.
Tanpa banyak komentar, dia langsung membuka bungkus dan
memakannya. Saya kembali ke meja saya dan tersenyum. Dari layar laptop, diam-diam
saya mencuri pandang ke arahnya. Ada rasa senang terselip dalam hati. Beberapa teman
menganggap bekal yang saya bawa selalu aneh dan kekanak-kanakan. Kalau tidak
permen kapas, sereal coklat, sandwich
gandum, susu kotak, dan coklat pasta. Apakah ada yang aneh dari makanan-makanan
tersebut? Baiklah, saya akui usia saya sudah 21 tahun tapi bagi saya
makanan-makanan tersebut tetap enak. Berbeda dengan anggapan teman-teman yang
lain, dia selalu mencoba apa yang saya bawa, tidak berkomentar dan selalu menikmatinya.
Itu yang saya suka, karena bagi saya, orang yang bisa menerima dan menikmati
makanan yang sama dengan saya berarti memiliki selera yang sama dan mungkin…cocok.
Tanggapan yang berbeda tentang kaleng kebahagiaan saya dapat
dari seorang yang katanya memiliki perasaan dengan saya. Sore itu di ruangan
yang sama tapi tidak dengan orang yang sama. Saya masih asyik dengan pekerjaan
saya dan lollipop di mulut saya. Tiba-tiba ada yang menghampiri dan mengambil
kaleng kebahagiaan saya, membukanya.
“Wah ini kaleng apa isinya? Oh ternyata
lollipop. Kaya anak SD ya.” Ucapnya sambil mengambil satu buah lollipop dari
kaleng dan memakannya.
Tidak
sopan, sudah mengejek tapi ikut memakannya. Gerutu saya dalam hati.
Saya hanya tersenyum, lebih tepatnya mencoba untuk tersenyum
mendengar ucapannya. Saya malas untuk berkomentar, dia mencoba menarik simpati
saya tapi dengan cara yang tidak saya suka. Menurut saya, justru sikapnya yang
lebih kekanak-kanakan dibandingkan saya, dan tentu saja tidak seperti lelaki
yang selalu menerima dan menikmati makanan saya tanpa banyak berkomentar. Iya,
lelaki di sore yang lalu memang berbeda dan jauh lebih dewasa.
Kaleng kebahagiaan. Begitu saya menyebutnya. Karena ada rasa
tenang yang bisa membuat bahagia di dalamnya. Juga ada sebuah kenangan indah
yang tidak akan terlupa.
#ceritadarikamar 21 Agustus 2013
0 comments: