Commuter Line, Dipuja Sekaligus Dihujat

7:00 PM Nova Zakiya 2 Comments

Sejak Februari 2014, saya menjadi pengguna rutin KRL Commuter Line rute Bogor-Jatinegara (tepatnya Bogor-Sudirman). Maklum kantor saya terletak di daerah Setiabudi dimana lebih dekat untuk turun di Stasiun Sudirman dan saya tinggal di Bogor. Selain itu, akses saya menuju stasiun cenderung lebih gampang dibandingkan akses menuju terminal ataupun pool bus APTB.


KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabodetabek adalah jalur kereta listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Commuter Line sendiri merupakan moda transportasi yang paling banyak diminati oleh masyarakat, khususnya bagi yang bekerja di Jakarta. Tarifnya pun terbilang cukup murah, yakni Rp 2.000 per lima stasiun pertama dan tiga stasiun berikutnya kelipatan Rp 500,-. Waktu yang ditempuh lebih cepat dibandingkan menggunakan kendaraan lain seperti motor, mobil ataupun bus karena tidak perlu terjebak macet berkepanjangan. Namun, apakah betul Commuter Line lebih unggul dibandingkan moda transportasi lainnya?



Jika moda transportasi lain berkutat dengan kemacetan, Commuter Line berkutat dengan yang namanya gangguan yang selalu sama setiap waktu, seperti gangguan pantograf, wesel, sinyal, listrik aliran atas, dan AC. Gangguan-gangguan tersebut akan berimbas pada jadwal keberangkatan kereta yang makin ngaret. Semakin terlambat keberangkatan kereta, penumpang di masing-masing stasiun akan semakin menumpuk. Jika sudah terjadi hal yang demikian, besar kemungkinan akan terjadi ‘telat massal’.

Terhitung sejak Januari 2014 hingga hari ini, ada kurang lebih 56 kasus gangguan Commuter Line. Jumlah tersebut saya kumpulkan dari beberapa laman berita online, official twitter Commuter Line, dan pengalaman saya pribadi. Satu kali gangguan Commuter Line bisa menghabiskan waktu hingga satu jam lebih untuk menunggu perbaikan. Beberapa kasus pada akhirnya dikirim kereta pengganti, tapi seringkali kita harus menunggu sampai kereta selesai diperbaiki di dalam kereta. Kondisi kereta pun memprihatinkan saat jam-jam krusial, seperti jam pagi saat orang berangkat ke kantor dan sore saat orang pulang ke rumah. Penuh sesak orang ditambah AC yang kadang tidak terasa dinginnya, membuat para penumpang mudah terpancing emosinya.


Sempat terdengar selentingan-selentingan yang kabarnya dari pihak KCJ mengatakan “biaya murah kok maunya fasilitas yang enak”. Tarif progresif ini mulai diberlakukan setelah diaktifkannya tiket elektronik yang mengharuskan penumpang melakukan tap-in di gerbang masuk dan tap-out di gerbang keluar. Awalnya tarif yang berlaku adalah Rp 3.000,- pada 5 stasiun pertama dan tiap 3 stasiun berikutnya dikenakan biaya Rp 1.000,-. Namun, sejak Juli 2013 hingga sekarang, tarif masing-masing turun menjadi Rp 2.000,- dan Rp 500,- karena adanya subsidi sementara dana PSO Kementerian Perhubungan. Hal ini masih sangat menguntungkan dibandingkan tarif sebelum diberlakukannya tiket elektronik, yakni Rp 8.000,- untuk rute Bogor – Depok dan Rp 9.000,- untuk rute Bogor – Jakarta. Akan tetapi, saat itu masih terdapat tiket kereta ekonomi dengan harga Rp 2.000,-. Penumpang kereta ekonomi jauh lebih anarki dan sering membahayakan dirinya sendiri dengan naik di atap kereta. Bersyukur sekarang kereta ekonomi telah dihapus.

Sekali dua kali gangguan masih bisa dibilang wajar, tetapi jika sudah berkali-kali dan alasannya pun tetap sama menjadi hal yang patut untuk dipertanyakan pada pihak penanggungjawab terkait maintenance KRL. Teman saya pernah berpendapat, hal tersebut terjadi karena PT KCJ tidak memiliki pesaing sehingga dia merasa selalu dibutuhkan. Memang benar, jika dibandingkan dengan moda lainnya, saya pun akan memilih menggunakan Commuter Line. Waktu tempuh saya ke kantor jika menggunakan Commuter Line hanya 1-1,5 jam, berbeda jika saya menggunakan bus bisa 2-3 jam. Memang gangguannya tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Kadang lancar, tapi lebih sering mogoknya.

Berikut screenshoot komentar para pengguna Commuter Line yang terkena gangguan di twitter hari ini:








Sekedar informasi, hari ini terdapat dua kali gangguan, yaitu rute Bogor-Jatinegara mengalami gangguan di Stasiun Depok dan rute Serpong-Tanah Abang mengalami gangguan di antara Rawa Buntu-Sudimara sehingga terjadi penumpukan penumpang. Dan seperti biasa, caci maki dilayangkan kepada akun +Krl Commuterline lewat berbagai sosial media. Para penumpang mengeluhkan commuter line yang selalu sering mengalami gangguan yang sama, yang mengakibatkan mereka telat sampai kantor (dan beberapa menjadi tidak mendapat uang makan).

Ada baiknya kita tidak terus menerus mencaci maki (ya walaupun bisa dibilang sangat mengesalkan), memang tidak ada langkah nyata yang bisa kita lakukan selain menjaga kebersihan dan kerapian kereta agar tetap nyaman dinaiki. Kita hanya bisa berharap semoga PT KCJ mendengarkan aspirasi para penumpang dan terus memperbaiki pelayanannya serta rangkaiannya supaya tidak menjadi suatu hal yang klise dengan gangguan yang itu-itu saja.

Postingan ini hanyalah sebagian uneg-uneg saya sebagai pengguna rutin Commuter Line. Akhir kata, salam anak kereta! 








2 comments:

  1. semoga ComLin bisa lebih baik ke depannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin semoga saja ya. Sejauh ini sih sudah lumayan jarang ngaret atau ada gangguan. Sekalinya gangguan datangnya tak terduga hehehe

      Delete