Hidayah Ramadan : Mengenakan Hijab

12:15 AM Nova Zakiya 0 Comments

17 Ramadan kita kenal sebagai Nuzulul Quran atau hari diturunkannya kitab suci umat Islam, Al Quran. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW yakni QS Al Alaq ayat 1-5. Saat wahyu ini diturunkan, Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, lalu datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu tersebut.

Tanggal ini juga memiliki arti sendiri dalam kehidupan saya, tepatnya dimulai 6 tahun yang lalu. Ya, 17 Ramadan 1430 H, Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada saya untuk menutup aurat dengan memakai jilbab dengan cara-Nya yang sungguh tidak disangka.

Sebelumnya, ayah saya memang sudah menyuruh saya mengenakan jilbab setelah lulus SMA, apalagi mengetahui saya akan tinggal jauh dari mereka. Beliau mengatakan "pake jilbab, paling nggak itu bisa melindungi dari kejahatan karena kamu akan tinggal jauh." Namun permintaan tersebut saya tolak karena saya memang tidak ingin mengenakan jilbab saat itu, kepikiran mengenakan jilbab ketika sudah menikah nanti.

Lalu, bagaimana Allah SWT memberikan hidayah-Nya?

Waktu itu saya masih tahun pertama di IPB dan tinggal di asrama. Sebagai anak asrama, yang paling disukai adalah buka puasa gratis (hemat uang haha). Jadilah saya bersama beberapa teman selorong menghadiri buka puasa bersama yang sekaligus bertepatan dengan sebuah acara di Masjid Al-Hurriyah. Otomatis kita harus mengenakan jilbab untuk bisa mengikuti acara tersebut. Saya dibantu oleh teman saya mengenakan jilbab, termasuk dipinjami jilbab paris miliknya. Semua sudah siap, kami pun berangkat. Seperti biasa, tak lupa kami pun mengabadikan momen tersebut dengan berfoto-foto. Jujur saja, kami memang tidak hikmat mengikuti acaranya hahaha.

Acara selesai kami pun pulang ke asrama (tarawih di asrama karena masjidnya jauh dari asrama dan selesainya lama. Keburu kena jam malam). Usai tarawih, saya melihat-lihat hasil foto tadi sore di masjid dan membatin 'kok gue bagus juga ya pake jilbab. Cantik'. Maafkan kenarsisan saya namun memang itu yang terlintas ketika melihat foto tersebut. Dan setelah itu,

"Nong. Besok pakein jilbab lagi ya. Gue pengen ngampus pake jilbab nih." Pinta saya kepada Inong, teman sekamar saya.

Ya, malam itu tercetuslah ide untuk mengenakan jilbab hanya karena melihat foto saya mengenakan jilbab cantik. Esok harinya, saya memilih kemeja panjang agar bisa dipadukan dengan jilbab karena saya belum punya manset. Saya belum bisa mengenakan sendiri, bahkan mulai dari ciput, jilbab paris sampai penitinya pun hasil pinjaman, jadi semuanya dibantu oleh Inong.

Sesampainya di kelas, beberapa teman takjub dan bertanya, "za lo sekarang pake jilbab?". Saya cuma meringis belum begitu berani mengiyakan. Lalu Arbi, salah satu teman sekelas, datang ke meja saya,
"Subhanallah Zakiya, kamu cantik sekali pake jilbab. Besok lagi berarti tetap pakai ya, jangan dibuka lagi. Orang orang udah liat aurat kamu tertutup, masak mau diumbar lagi. Ya?"

Saya mengangguk mantap. Insya Allah ini memang jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada saya untuk mengenakan jilbab. Saya belajar dari teman-teman selorong bagaimana cara mengenakan jilbab, membeli beberapa warna jilbab paris (saya ingat jilbab paris pertama saya berwarna abu-abu yang kemudian robek karena kepanasan pas disetrika), dan menelepon rumah.

Ya, saya memberi kabar ke ibu bahwa saya memutuskan untuk mengenakan jilbab. Mungkin karena sebelumnya saya menolak, ibu saya malah khawatir saat saya meminta untuk dibelikan manset dan jilbab.

"Dek, kamu nggak ikut yang macem-macem kan di kampus?"

Saya meyakinkan beliau bahwa saya mengenakan jilbab atas keinginan sendiri dan saya memang tidak ikut organisasi-organisasi islam di kampus. Lalu beliau bernapas lega dan mungkin berpikir 'dulu pas disuruh nggak mau, Alhamdulillah sekarang hatinya tergerak sendiri' haha. Dan Alhamdulillah, saya tetap mengenakan jilbab sampai sekarang, tidak pernah buka tutup kecuali di dalam rumah.

Awalnya yang saya takutkan ketika mengenakan jilbab adalah aktivitas dan cita-cita saya akan terhambat. Dulu di kampus saya ingin menjadi penari, ikut UKM dan sebagainya. Ternyata jilbab sama sekali tidak menghambat saya. Saya tetap bisa beraktivitas seperti yang lain, termasuk menari, ikut UKM musik, menjadi eo di kampus, bahkan jadi LO saat ada artis manggung. Pun dalam hal bekerja. Saya dulu ingin menjadi wanita karir. Mindset saya sudah terbentuk wanita karir itu mengenakan rok pendek dan blazer makanya dulu saya enggan mengenakan jilbab. Tapi ternyata, jilbab sama sekali tidak menghambat rezeki saya. Saya tetap bisa kerja kantoran kok, bahkan bekerja di redaksi berita sebuah televisi nasional di Jakarta.

Kemarin sore, ketika membahas tren baju lebaran, produser saya bertanya mengenai hijab dan perintah untuk menutup aurat (kebetulan produser saya non muslim). Lalu ia bertanya apa yang membuat saya pribadi memutuskan untuk mengenakan hijab. Saya ceritakan seperti di atas, saya awali dengan "gue pake jilbab karena Allah, karena memang itu yang diperintahkan untuk menutup aurat." Lalu dia bertanya lagi tentang tren hijab masa kini dan hijab syar'i, kenapa saya tidak mencoba untuk berhijab syar'i.

Saya mencobanya, namun perlahan karena saya masih belajar. Sama halnya seperti keputusan saya mengenakan hijab yang tidak datang sekaligus. Mungkin saat ini saya sedang tahap belajar untuk mengenakan rok, mengurangi pemakaian baju yang terlalu ketat sehingga membentuk lekuk tubuh. Bahwa semuanya butuh proses menurut saya. Produser saya mengangguk paham dan kami pun melanjutkan diskusi guna kebutuhan program.

Memutuskan untuk berhijab menurut saya bukanlah sesuatu yang mudah dan tidak bisa dipaksakan. Harus datang dari diri sendiri agar ikhlas dan tulus menjalaninya. Oleh karenanya, hormati keputusan seorang wanita dalam mengenakan hijabnya. Memang belum sempurna, namun setidaknya kami punya niat untuk belajar di jalan-Nya dan semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin.

- za -

0 comments: