Pelajaran Berharga dari Sahabat Anak Manggarai
Hari Minggu kemarin, Sahabat Anak Manggarai (SAM) mengadakan
buka puasa bersama adik-adik SAM sekaligus sebagai pertemuan terakhir sebelum
masuk tahun ajaran baru 9 Agustus nanti. Sekilas tentang SAM alias Sahabat Anak
Manggarai sendiri merupakan bagian dari Sahabat Anak, sebuah yayasan nirlaba
yang memberikan pendidikan serta memperjuangkan hak anak-anak marjinal dan anak
jalanan di kawasan Manggarai. Sahabat Anak ini tidak hanya ada di Manggarai,
tetapi juga ada di Prumpung, Grogol, Kota Tua, Cijantung, Gambir, dan Tanah Abang.
Kegiatan belajar mengajar di SAM sendiri diadakan setiap hari Minggu sore di
Karang Taruna Manggarai Utara.
Ini Teto, salah satu murid yang suka banget cari perhatian kakak-kakaknya. Agak bandel sih tapi sebenarnya dia pintar lho |
Kalo ini Viyan. Hampir sama kaya Teto, se-geng |
Kakak dan Adik Jambu minus saya, karena saya sedang di luar kota saat itu. |
Saya sendiri mengetahui komunitas ini dari Andra, senior di
UKM semasa ngampus dulu. Sayangnya, tidak setiap Minggu saya bisa datang, lebih
sering bolos karena hari Minggu kadang saya harus ngantor ataupun ikut liputan.
Jadilah saya menjadi orang yang timbul tenggelam di SAM. Kebetulan kemarin,
saya diminta Ka Ikri (sesama kakak pengajar di Kelas Jambu, ya saya mengajar di
Jambu alias kelas 1 SD) untuk bergabung di kepanitiaan buka bersama. Saya menyanggupinya,
namun tidak bisa setiap saat hadir di SAM karena saat itu saya sedang cuti dan
berada di luar Jakarta.
Sudah otomatis saya menjadi terasing karena tidak terlalu tahu
banyak info juga tidak banyak mengenal kakak-kakaknya. Then i became a silent reader on whatsapp group. Kadang agak malas
untuk datang kesana, tapi rasa malas itu sirna ketika melihat senyum dan
semangat adik-adik dalam belajar. Sama seperti kemarin, akhirnya hari buka
puasa bersama tiba. Panitia diminta untuk datang dari jam 11 siang,
mempersiapkan segala kebutuhan. Saya sendiri baru bisa datang jam 1 siang,
karena ada urusan sebelumnya. Dan benar saja, awalnya saya merasa kikuk karena
terlalu sering tidak datang jadi saya tidak banyak mengenal kakak-kakaknya. Disitu
saya hanya mengenal Kak Ikri, Kak Jane (sesama Jambu), Kak Putri dan Kak Amin. Namun
saya mencoba untuk membaur, biar kata orang sok kenal sok dekat tapi nggak
apa-apa, nambah teman nggak ada salahnya kan? Toh rasa malas ini akan menghilang dengan sendirinya saat adik-adik datang. They really became my mood booster!
Dari siang kita menyiapkan hadiah lomba dan takjil dari
donatur. Ada yang lucu dari takjil ini. Sepertinya risoles menjadi makanan
takjil yang happening banget karena
para donatur banyak yang menyumbang risoles, baik isi mayones ataupun sayur. Jadi
nih, ada beberapa kardus, kalau nggak salah sekitar 38 kardus yang isi
risolesnya ada 3 biji dengan berbagai jenis tersebut ditambah 1 air mineral
gelas dan 1 kue lumpur.
Sekitar jam setengah 3 sore adik-adik sudah mulai berdatangan,
padahal instruksinya dateng jam 3 sore. Persiapan dikebut, akhirnya sekitar jam
3 lewat, registrasi pun dibuka. Adik-adik sudah ramai menunggu di luar. Saya sendiri
bertugas di meja registrasi, mendaftar adik-adik yang namanya sudah terdaftar
di presensi masing-masing kelas. Nah disinilah ‘tamparan’ mulai datang.
Panitia sudah mendata ada berapa adik, namun ternyata banyak
yang daftar di luar data. Okelah untuk beberapa adik yang mukanya dikenali oleh
kakak-kakaknya kita langsung catat dan suruh adik masuk. Tapi tidak sedikit
adik yang mukanya tidak kita kenali alias jarang belajar di SAM, bahkan disuruh
menyebut nama kelas dan nama kakak pengajarnya saja tidak tahu. Yang kita
takutkan adalah jumlah konsumsi yang sudah kita siapkan tidak cukup karena
terlalu banyak adik yang datang di luar data. Agak kasihan sih, saya dan Kak
Dena selalu menemukan kasus adik yang datang hanya jika SAM mengadakan acara
saja. Kita ingin adik-adik ini datang belajar, bukan hanya saat ada event. Kelas pisang mendapat banyak ‘adik
tambahan’. Tapi ya sudahlah, setelah Kak Dena coba hitung, akhirnya adik-adik
itu kita suruh masuk lalu registrasi tutup dan acara lomba-lomba pun dimulai.
Bersama adik-adik pemenang lomba, dari Kelas Pisang sampai Kelas Durian |
Di tengah acara, ada seorang ibu dan anaknya datang. Dia bilang
dapat undangan pesantren kilat dari kemarin acaranya di Kartar (sebutan karang
taruna) dan meyakinkan Kak Dena bahwa anaknya harus masuk kesini. Saat Ka Dena
bertanya apa adiknya sering datang SAM, dia jawab tidak pernah. Maka maaf
beribu maaf akhirnya Ibu dan anak itu harus pulang, tidak bisa masuk ke acara
yang memang dikhususkan bagi adik-adik yang belajar di Sahabat Anak Manggarai.
Lalu saya berpikir, adik-adik ini datang karena dua alasan. Pertama,
iri karena teman-temannya ada acara buka puasa bersama. Atau kedua, (maaf)
disuruh sang ibu datang demi dapat nasi kotak. Kenapa saya bisa berkata
demikian? Karena saya benar-benar melihat ada seorang ibu yang benar-benar
usaha mengambil makanan, dia suruh anak-anaknya masuk. Ketika acara
berlangsung, memang pintu ditutup. Tapi anaknya bisa mondar-mandir masuk ketika
pintu terbuka sedikit. Agak chaos sih
dalam mengamankannya. Ya membuat adik-adik tetap fokus menunggu buka puasa itu
bukan hal yang mudah. Makin chaos ketika
jam berbuka hampir tiba. Kakak-kakak fokus membagikan makanan. Setelah semua
adik mendapat takjil dan minuman, kakak-kakak membagikan teh kotak yang tersisa
untuk ibu-ibu yang menunggu anak-anak mereka. Nah, di saat itulah si ibu yang
tadi saya bilang, dengan sigap menerima banyak teh kotak, sampai Kak Ais bilang
“ibu, tehnya jangan lupa dibagi ya, jangan dibawa semua sendiri, bu.”, karena
si ibu ini memang keliatan banget sigap ambil konsumsi adik-adik yang nggak
habis. Oke anggap saja mereka (adik-adik ini) memang saudaranya, sehingga si
ibu ini bebas mengambil makanan-makanannya sebelum acara selesai malah. Ada kali satu plastik penuh berisi jajanan takjil. Bahkan,
anaknya yang sedari tadi mondar-mandir saat pintu terbuka dan tidak terdaftar,
disuruh duduk masuk ke dalam saat pembagian makanan.
Saya berpikir kembali. Mungkinkah takjil dan nasi kotak
seperti ini merupakan makanan yang tergolong mewah bagi mereka, yang tidak bisa
mereka makan setiap hari?
Betapa peristiwa ini ‘menampar’ saya yang masih suka mengeluh
bosan pada makanan yang saya temui/makan. Saya mengeluh makan makanan itu-itu
saja seperti telur, ayam atau daging sapi. Kadang makanan juga tidak saya habiskan. Tidak, saya tidak diet, tapi memang sudah kenyang atau ibu warung mengambilkan nasi terlalu banyak. Namun ternyata di luar sana, masih banyak orang
yang kurang beruntung yang tidak bisa memakannya setiap hari, hingga harus
berusaha untuk mendapatkannya, seperti pada event
kali ini. Betapa kurang bersyukurnya saya akan nikmat yang saya dapat selama
ini. Saya bisa makan setiap hari, makan makanan bergizi, bahkan bisa minum susu setiap hari. Saya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Saya bisa bekerja di tempat yang saya inginkan dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saya berkecukupan namun saya masih saja suka mengeluh. Kejadian hari itu benar-benar mengajarkan saya untuk terus bersyukur, sekecil apapun nikmat yang kita dapat dari Yang Di Atas.
Bersama kakak-kakak pengajar di Sahabat Anak Manggarai dan kakak dari Starbucks Indonesia setelah acara buka puasa bersama |
Well, sampai bertemu kembali di tahun ajaran baru 9 Agustus mendatang, dengan adik-adik Jambu yang tentunya baru juga. Semoga saja jadwal saya tidak banyak bentrok di hari Minggu sehingga saya bisa lebih rajin datang ke tempat ini. Karena banyak pelajaran kehidupan yang bisa saya dapat dari Sahabat Anak Manggarai.
XOXO!
-za-
wah indonesia mengajar banget nih mbak, tetep semangat biar anak muda indonesia selalu pinter :) salam kenal ya mbak #blogwalking :)
ReplyDeletehttp://dsukmana.wordpress.com
http://soloinfoID.com