BELITUNG DAY #3 - HARI TERAKHIR DI BELITUNG
Kata orang kebanyakan, kalau kita menikmati setiap momen yang
terjadi, biasanya hari itu akan berasa cepet banget. Dan iya dong. Tiga hari
liburan di Belitung berasa cepet aja, tau tau udah hari terakhir. Dan sorenya
harus udah terbang ke Jakarta lagi aja dong. Liburanku berakhir sudah.
Sebenarnya di hari ketiga ini, acaranya udah ‘remeh temeh’
alias mengunjungi yang belum terkunjungi di hari-hari sebelumnya. Destinasinya
pun terbilang udah sedikit, jadi bisa lumayan lama sih di masing-masing tempat.
Yang penting. Kita bisa berangkat agak siangan. Hahaha.
Di akhir hari kedua karena kita nongkrong sampai malem kan di
kafe pinggir pantai Tanjung Pendam, jadi di hari terakhir ini kita dijemput tim
@bmctourbelitung sekitar pukul 10 pagi. Itu juga jam 10 nggak langsung jalan
sih karena ada beberapa yang belum beres dan buat kenang-kenangan juga, kita
foto. Depan bis. Di parkiran hotel.
(Ceritanya) Syuting di Pantai Tanjung Tinggi
Siapa yang nggak kenal Pantai Tanjung Tinggi? Kayaknya hampir
semua orang yang ke Belitung pasti menjadikan pantai ini salah satu destinasi
liburannya. Apalagi pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting film Laskar
Pelangi. Tapi terlepas jadi atau tidaknya pantai ini sebagai lokasi syuting
film, si Pantai Tanjung Tinggi ini emang pantas jadi destinasi wisata favorit
di Belitung.
Pertama, perpaduan pasirnya yang putih dan lautnya yang biru
itu seger banget dilihatnya, apalagi air lautnya bening. Kedua, terdapat
ratusan batu granit berukuran besar yang tersebar di area pantai tersebut, yang
semakin menambah keindahan si pantai itu sendiri.
Bebatuan ini berasal dari
pembekuan magma di bawah permukaan bumi di kedalaman puluhan kilometer. Terus
gimana bisa muncul ke permukaan? Itu karena bebatuan ini mengalami proses
tektonik berupa pengangkatan, terus beberapa mengalami pematahan dan peretakan.
Nah ketika si batu batu ini muncul di permukaan, mereka disambut pelapukan,
erosi maupun abrasi selama ribuan tahun sehingga terjadilah sekarang si
bebatuan granit ini muncul seolah-olah sebagai bongkahan batu yang
terpisah-pisah. Coba perhatiin deh, pantai-pantai di Belitung ini hampir
sebagian besar memiliki bongkahan batu granit ini. Oh ya, info ini awalnya saya
dapet cerita Mba Desi, guide tour kita,
terus pas bikin tulisan ini riset lebih dalem ketemulah ulasan dari ahli
Geologi ITB, Budi Brahmantyo. Hehehe.
Mba Ajeng dan Retna nih kalau yang mau kenal haha |
Tapi kita nggak basah-basahan disini, mengingat nanti sore
kita sudah pulang ke Jakarta. Nggak ada waktu untuk bilas segala macem. Lebih
tepatnya. Takut keburu-buru. Jadi kita puaskan foto foto aja deh ya. Hihi.
Namanya tempat wisata, sudah pasti ada yang jual buah tangan kan. Nah selain oleh oleh berupa makanan, ada oleh oleh khas lain dari Belitung yaitu Batu Satam. Batu ini terbentuk dari hasil proses alam atas reaksi tabrakan meteor dengan lapisan bumi yang mengandung timah tinggi jutaan tahun lalu di tanah pulau Belitung. Istimewanya, batu ini hanya ada di Indonesia lho dan jadi bebatuan langka yang banyak diburu kolektor batu di seluruh dunia. Bahkan batu satam sendiri dijadikan ikon ibu kota Belitung yang ada di alun alun Tanjung Pandan lho!
Borong Oleh-Oleh di Klapa
Cukup lama kita berada di Pantai Tanjung Tinggi, sampai
akhirnya Mba Desi mengingatkan masih ada destinasi lain di hari ini sebelum
pulang ke Jakarta. Lebih tepatnya, beli oleh-oleh! Rencana awal, sebelum beli
oleh-oleh, kita mau mampir makan duren Belitung. Sayangnya, durennya lagi nggak
banyak pas lewat kata Mba Desi, dan lumayan sepi. Jadi pupuslah harapan saya
untuk makan duren Belitung. Huff.
Rombongan darmawisata ini langsung menghabiskan pundi-pundi
uang di Klapa, sebuah toko oleh-oleh khas Belitung. Lantas apa saja oleh-oleh
khasnya? Ada kerupuk ikan dan segala seafood
lain yang dibuat kerupuk (maksudnya ada krupuk cumi, udang, rumput laut, teri,
dll gitu lho), ada terasi khas Belitung, ada kaos, kain termasuk batik
Belitung, terus ada juga sirup jeruk kunci yang di malam sebelumnya kita pernah
minum di Wan Bie.
Setelah bungkus yang berkardus kardus (yang lain, bukan saya,
karena saya nggak banyak belanja, cuma modal dikresekin aja karena setelah ini
nggak langsung pulang ke rumah), kami sempat mencicipi es kopi susu yang dijual
di kedai di tempat oleh-oleh itu. Harganya kisaran Rp 10.000 – 20.000 satu
gelasnya. Ya seperti biasanya, saya hanya minum es coklat dan itu pun enak
banget, coklatnya lebih berasa ketimbang yang sebelum-sebelumnya saya minum.
Kata Mba Desi juga begitu sih, enak disini hehe. Nah kalau kopinya, menurut
Retna si anak kopi, juga lebih enak dari kopi kuli yang diminum sebelumnya.
Katanya, kopinya ada rasa rasa coklatnya gitu.
Makan Siang di Mie Belitung Atep
Puas belanja oleh-oleh baik untuk keluarga maupun teman
sekantor, perjalanan kita lanjutkan untuk makan siang di Mie Belitung Atep di
Jalan Sriwijaya! Bakmi yang terkenal banget sebagai bakmi-nya Belitung. FYI,
mie Belitung Atep ini udah dirintis dari tahun 1973 dan tetap ramai sampai
sekarang! Hal ini bisa dilihat dari banyaknya foto pengunjung yang dipajang,
yang sebagian besar itu artis dan pejabat. Bangunannya aja masih nuansa nuansa
bangunan lama gitu. Hehe.
Nah yang penasaran isi Bakmi Atep itu apa aja, jadi ada mie
kuning (pastinya dong ya!) yang sudah diseduh air panas, lalu ditaburi tauge,
irisan timun, kentang rebus, tahu, udang, dan emping melinjo. Jika biasanya
bakmi bakmi lain menggunakan kuah kaldu ayam, nah si Mie Atep ini pakai kuah
kaldu udang yang kental berwarna kecoklatan gitu. Rasanya manis-manis kental
gitu enak. Kalau yang nggak terlalu suka makan makanan manis, bisa ditambah
kecap asin sih. Sama tambah sambel biar lebih pedas! Kalau saya sih suka!
Ada kejadian lucu di tempat ini. Ya namanya kita berenam
belas, sudah jelas ramainya kaya apaan tau. Ramai secara fisik. Ramai secara
suara. Terus satu meja itu kira-kira hanya bisa diisi 6-7 orang. Awalnya ada
niatan untuk gabungin meja biar bisa satu meja rame-rame. Eh ternyata nggak
boleh. Mungkin karena fengshui juga
kali ya, atau bikin repot juga sih buat yang punya warung (mungkin). Tapi yang
lebih lucunya adalah Mas Kancil dimarahin sama salah satu ibu pekerja di situ
yang lagi motongin sayur kayanya gara-gara berisik. Terus dia langsung diem
seterusnya sambil lirik-lirik ke ibu itu. Hahaha.
Selepas dari Mie Atep Belitung, kita mampir sebentar ke tempat
jualan Ketam Isi yang isinya beneran kepiting. Lokasinya masih selurusan sama
Mie Atep ini, nggak ada 5 menit sih. Ketam isi yang dijual disini ada yang ready to eat, ada yang frozen food. Kisaran harga yang sudah
matang ini dari Rp 5.000 sampai Rp 10.000-an tergantung ukurannya.
Mampir di Rumah Adat Belitung
Karena ternyata waktunya masih ada, jadilah kita mampir ke
rumah adat Belitung. Tadinya destinasi ini hampir di-skip biar di destinasi terakhir bisa agak lamaan. Tapi kata Mba
Desi di rumah adat pun nggak akan lama kok. Nama rumah adatnya sendiri adalah
Rumah Adat Panggong, yang menjadi miniatur rumahnya bangsawan atau pejabat
zaman dulu. Letaknya kalau saya tidak salah seinget saya dekat dengan kantor
bupati, biar kalau ada tamu dinas bisa lihat juga gitu hehe.
Ada diorama pernikahan Adat Belitung lho |
Hampir semua bangunannya terbuat dari kayu dan dibangun
memanjang menjadi lima bagian, dimana semakin ke belakang fungsinya semakin
rendah. Ya semacam kalau di teras untuk tamu terus semakin ke belakang ketemu
dapur untuk asisten rumah tangga. Semacam itu deh. Nah pas masuk, kita langsung
bisa lihat ada pakaian pengantin khas Belitung, lengkap dengan seserahan dan
segala jenis makanan dan perintilan saat acara pernikahan, ada juga pakaian
adat dan foto-foto bupati Belitung terdahulu, juga foto foto kebudayaan di
Belitung. Adem sih pas masuk rumah. Teduh aja gitu.
Foto-foto pemimpin Belitung nih guys |
Uniknya rumah ini tuh sama sekali minim sekat, bahkan sama
sekali nggak ada sekat sekat kamarnya sih. Jalan sedikit ke belakang ada
jembatan yang disebut loss yang menghubungkan dengan ruangan selanjutnya yaitu
dapur tempat hasil pertanian, perkebunan atau ikan disimpan. Di loss ini juga
biasa digunakan anggota keluarga buat bersantai sambil quality time gitu katanya. Enak ya sambil menikmati semilir angin
hihi. Beranjak ke dapur, selain tersimpan bahan makanan, tentu saja disimpan
alat-alat memasak, bahkan ada juga replika alat yang biasa digunakan untuk
mengangkut hasil kebun lho. Di belakang lagi masih ada satu ruang yang biasanya
digunakan sebagai ruangan untuk penjaga rumah atau asisten rumah tangga.
Katanya sih ruang ini yang membedakan antara rumah si bangsawan dengan rakyat
biasa, karena biasanya rumah rakyat biasa nggak ada ruang penjaga gitu jadi
cuma ada 4 ruangan gitu.
Ini Mas Rato lagi cobain alat pengangkut hasil kebun |
Destinasi Terakhir: Danau Biru Kaolin
Destinasi ini memang udah saya incar dari awal bahkan pas
masih dulu dulu sebelum ke Belitung. Seru aja sih liat orang foto disini. Kombinasi
biru sama putih plus langitnya yang cerah juga. Dan beneran dong, pas beneran
dateng kesini emang beneran indah. Oh ya, tips saya, pake kacamata ya kalau pas
kesini, karena saking didominasi warna putih yang kepantul juga sama sinar
matahari bikin susah melek kalau nggak pake kacamata.
bukan endorse kacamata lho! |
Bersama model kenamaan seantero Palmerah dan sekitarnya, Billy :D |
Danau ini merupakan bekas pertambangan Kaolin yang udah lama
ditinggalkan, bukan danau yang berasal dari kawah gunung karena di Belitung
nggak ada gunung aktif. Seinget saya sih Mba Desi pernah bilang begitu hehe.
FYI, kaolin itu suatu mineral buat bahan industri kayak kosmetik sama kertas
gitu lho!
Di pinggirannya sendiri dipagari kayu dan ada warning untuk berhati-hati di kawasan
tersebut. Saya sendiri hanya melewati pagar sedikit, nggak berani buat ke bawah
karena curam. Yang ke bawah hanya Mas Abi, Mas Rato dan Mas Kancil (terus Mas
Kancil atraksi macam seluncur pasir gitu). Katanya fotonya jauh lebih bagus di
bawah. Tapi ya gimana. Mba Desi juga wanti wanti sih kalau bisa jangan ke bawah
hehe. Jadi sebagian besar dari kita hanya foto foto di atas aja sih.
Mas Abi, Mas Rato dan Mas Kancil berburu gambar di bawah, pun abis itu seluncur pasir -.- |
Formasi rombongan darmawisata LENGKAP! |
Puas berfoto dan nerbangin drone
di Danau Biru Kaolin yang nggak jadi diterbangin di Pantai Tanjung Tinggi
karena anginnya kencang, masuklah kita ke bus, dan menuju Bandara yang hanya
menempuh waktu kurang lebih 15 menit. Ibaratnya, baru mau merem nih, eh tau tau
udah masuk parkiran bandara aja. Ini menandakan bahwa liburan kita benar-benar
sudah berakhir.
Kami pun berpamitan dengan Mba Desi, Mas Eko dan Bang Rampet, untuk
kemudian check in dan mengetahui
bahwa pesawat kami delay sekitar 40
menitan dari yang seharusnya flight
di jam 16.40 WIB. Sudah bisa dipastikan bahwa rombongan kami lah yang paling
ramai di ruang tunggu. Hahaha.
Hampir pukul 6 sore akhirnya kita masuk pesawat dan take off menuju Soetta. Niatnya di
pesawat mau tidur, tapi apa daya nggak bisa. Perjalanan pulang memang akan
selalu terasa lebih cepat daripada perjalanan berangkat. Karena kita ngobrol,
ngemil muffin dari maskapai, foto-foto
senja sambil nunjuk banyak kapal di lautan di bawah (beberapa nampak seperti
kapal pesiar hmmm), baru mau merem (lagi), tau tau udah mau landing di Soetta. Memang tidak
ditakdirkan untuk tidur nampaknya. Hmmm.
Foto foto di pesawat ini jelas bukan dari kamera saya karena kamera saya di kabin dan hape saya mati haha |
Selalu ada aja cerita, di Bandara Soetta sekalipun. Jadi sambil
nunggu bagasi, (sepertinya) dipelopori oleh Mas Rato, kita beramai-ramai
menyaksikan dan (sebagian) mencoba air siap minum di Bandara yang disebut
sebagai air yang turun dari langit. Hahaha. Maka selanjutnya, sebelum berpisah,
kami dinner dulu. Di KFC. Setelah 3
hari sama sekali tidak menyentuk junk
food *LOL*
Sekitar jam 8 pun saya pamit undur diri berpisah dengan
rombongan darmawisata ini menuju stasiun kereta bandara untuk pulang ke kosan. Sementara
yang lain ada yang naik Damri, ada yang naik taksi online, dan ada yang
dijemput driver.
Kesan dan (tidak memberi) Pesan
Ini nih si Retna, oknum yang selalu ngajakin liburan. gapapa eke senang! |
Jadi sebelum saya menutup cerita liburan saya, saya ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada rombongan independen terpercaya ini yang
sudah mengizinkan saya menyusup ikut liburan bersama dan nambah teman-teman
baru. Sebenarnya, sebelumnya saya sudah pernah bermain dengan sebagian anak-anak
ini, kaya Billy, Tina, Mba Ajeng, Mas Tommy, Mas Al, dan Mas Aby waktu ke
Bandung abis kondangan di Mas Wildan. Tentu saja Retna yang ngajak lah orang
kita udah main bareng dari bertahun-tahun lalu waktu masih satu sekolah (plus
gibah bareng juga ya sis haha), dari zaman cuma ke Bandung sampai ke Belitung. Eh
sekarang makin tambah temen-temen baru, macam Happy, Venni, Mba Ici, Mba Oca,
Mas Rato, Mas Kancil, Mas Bima dan Mas Vicko, dengan karakter dan ceritanya
masing-masing. Terima kasih atas liburan singkatnya. Saya senang!
Sampai jumpa di liburan selanjutnya ya!
XOXO!
Za
PS.
Dokumentasi yang ada di postingan ini sebagian besar hasil foto saya sih, tapi nggak sedikit juga di-combine dari dokumentasinya @bmctourbelitung, terus kamera Mas Al, Mas Tommy dan Mas Aby. Sepertinya sih hanya itu. Lupa haha. Ada banyak banget fotonya yang saking banyaknya (hampir seribu deh kalo ditotal sama dokumentasi dari pihak tour) jadi nggak bisa diunggah semua di sini. Hehe.
Dan yang belum baca cerita di hari-hari sebelumnya bisa klik di bawah ini ya!
Selamat merencanakan liburan ya! Semoga tulisanku bisa membantu! Yeay!
Ternyata Belitung bukan cuma pantai aja ya...tapi banyak juga wisata lainnya yg menarik. Mantab Mba Liburannya.....:)
ReplyDelete