[JOURNOLIFE] Cerita Mudik : Jalur Nagreg Sepi?

7:58 PM Nova Zakiya 0 Comments


Mudik selalu menjadi event tahunan bagi masyarakat khususnya warga Jakarta, untuk pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga besar saat lebaran. Kenapa saya sebut Jakarta, karena sering banget nih kalau musim mudik tiba, Jakarta lengangnya bukan kepalang. Tapi mudik lebaran juga jadi event tahunan buat para pekerja media buat meninggalkan ibu kota. Bedanya, kalau orang lain pulang ke kampung halaman buat lebaran beneran sama keluarga, kita pergi ke jalanan buat memberikan informasi ter-update seputar arus mudik. Dan inilah sekelumit cerita saya tentang pengalaman liputan arus mudik dan balik tahun ini. ceilah. Hahaha.

Pembagian Kelompok
Selama saya bekerja disini, hampir setiap tahunnya saya pulang ke rumah pas lebaran. Tahun kemarin pas saya sudah join sebagai reporter saja, saya dikasih buat cuti ke rumah. Makanya tahun ini sebenernya agak agak curiga bakal dikirim liputan mudik. Tapi tetep aja saya iseng tanya ke atasan saya pas ketemu di kantor.
“Pakde (panggilan ke section head saya), saya dapet cuti lebaran nggak ya?” // “Heh enak aja, tahun kemarin belum dapet liputan mudik kan? Tahun ini kamu berangkat,” // “Oh oke pakde, tapi jangan di Merak ya,” (iseng lho) // “Iya, dapet pantura kamu,”
Itu jawaban atasan saya sambil lalu kembali ke mejanya yang kemudian saya iyakan dengan lapang dada. Kan lumayan dapet Pantura bisa mampir ke rumah. Karena tahun lalu, tim mudik Pantura aja sempet mampir ke rumah di hari lebaran setelah agak legaan liputannya hihi.
Sayangnya, beberapa minggu setelahnya, keluarlah pembagian wilayah tim mudik tahun ini dan saya dapet di Nagreg alias jalur selatan, bareng Felicia. Lenny, Akbar dan Yana di Pantura, sementara Retno dan Rima di Merak.
Tim Mudik Asyik RTV 2018 - dari kiri ada Akbar, Retno, saya, Rima, Lenny, Felicia, dan Yana

Memulai Perjalanan ke Nagreg
Long story short, tibalah waktu dimana kami harus berangkat setelah persiapan yang cukup singkat bagi tim lapangannya. Packing aja baru dilakuin malem sebelum berangkat. Bahkan masih sempet jajan di McD dulu haha. Jadi abis sahur nih, tanggal 8 Juni 2018 jam 4.30 pagi berangkatlah saya ke kantor, kumpul sama anak-anak lain dan siapin alat yang mau dibawa ke bawah. Bukan saya sih yang bawa, tapi anak anak cowo haha.
Anyway, tim saya di Nagreg untuk reporternya ada Felicia Wu (selanjutnya saya singkat Cia ya), terus kameramennya ada Bang Nael sama Bang Riki, dan pilotnya bareng Bang Meike dan Bang Dayat. Karena kebetulan Cia dan Bang Nael non muslim, jadi kemaren pas berangkat mereka satu mobil biar lebih leluasa kalau mau ngemil di mobil tanpa merasa sungkan. Tapi ternyata seterusnya itu jadi tim liputan karena dari awal sampai akhir saya akhirnya bareng sama Bang Riki terus.
Agak tersendat di tol karena masih ada proyek pembangunan LRT
Oke jadi kita berangkat dari kantor sekitar pukul 5.30, langsung masuk tol dalam kota dan memang agak tersendat di Bekasi sampai Cikarut (Cikarang Utama), setelahnya lancar. Cuma saya tinggal tidur sih haha. Terima kasih karena kameramen saya hobi ngobrol jadi bisa nemenin pilot deh hahaha.
Sempat berhenti di Rest Area daerah Purwakarta (kalau nggak salah), kami akhirnya sampai di jalur Nagreg itu hampir jam setengah sebelas pagi. Keluar tol Cileunyi, jalanan lancar parah. Iya sih, masih H-7 dan orang juga kebanyakan masih kerja hari ini (walau hari terakhir kerja sih kalau kantornya menganut cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah).
Kondisi jalur Nagreg yang masih asri alias banyak pohon
Daaaan pemandangannya seger banget. Kanan kiri banyak sawah bukit, langit biru, duh enak banget liatnya. Walaupun panas, tapi udaranya sejuk. Oke bhaiq, jangan terpedaya dengan udara sejuk, perlindungan dengan sunscreen harus tetap ON!

Tidur Dimana?
Ada DM masuk dari beberapa temen yang komen di stories liputan mudik saya. Tipe pertanyaannya hampir sama, “tinggal dan tidur dan mandi dimana?”. Pas saya cerita ke temen juga, dia sebelum jadi wartawan juga ngira kalau liputan mudik itu beneran di jalan tidurnya. Beberapa bilang tidur macem di tenda atau pos polisi. Hahaha. Serius dulu saya memang mengagumi wartawan yang liputan arus mudik begini tapi sama sekali nggak kepikiran soal di balik layarnya alias tempat tinggal dan sebagainya.
Jadi begini, kalau kami yang di tim Nagreg tinggal di rumah warga, alias di rumah Bu Ai yang udah jadi langganan tim mudik RTV yang liputan di jalur selatan. Lokasinya terbilang strategis, masih dapet arus kendaraan yang ke arah Garut/Tasik, juga masih dapet yang ke arah Bandung. Tepatnya kita di dekat Pos Polisi Cikaledong, lokasi yang sering jadi titik buat diberlakukan one way.
Pemandangan depan rumah sewaan 
Kita dapet satu rumah dengan 3 kamar dan 1 kamar mandi di lantai bawah, sementara rumah keluarga Bu Ai ada di atasnya. Dan kalau dinas luar kota lebih dari 4 hari, kita dapet budget untuk laundry pakaian jadi ya kita beneran nggak usah memusingkan hal-hal di luar liputan. Beruntung pula, di rumah Bu Ai ini, kesepakatan kantor selain sewa rumah untuk tidur juga sekalian masakin makanan kita (jatah 2x sehari karena pas puasa jadi buat sahur/sarapan dan buka puasa). Jadi beneran nggak perlu pusing mau nyari makan kemana, paling kita tinggal request pengen lauk apa. Atau kalau pengen cemilan, ya tinggal ke Indomaret yang agak ke atas dikit dari rumah kita. Yang nggak ada di daerah ini hanya fast food macam McD, KFC, Hokben dan lain sebagainya. Oh juga bakso mie ayam dan sebagainya agak jauh nyarinya. Hmmm.
Kalau tim lain kaya Pantura sama Merak, bisa tidur di hotel karena di jalur mereka ada hotel-hotel kan. Intinya, kita nggak tidur di mobil atau tenda lah. Hehe.

Live Report demi Live Report
Hari pertama kami tiba di Nagreg merupakan jatah hari saya untuk memulai laporan arus mudik disini. Jadi sebelum berangkat, kami sudah dibagikan rencana matriks untuk live report di jam berapa saja dalam satu hari itu. Ini bisa berubah sewaktu-waktu menyesuaikan kondisi di lapangan. Setidaknya, planning-nya demikian. Polanya, satu hari saya live dari subuh sampai sore, satu hari berikutnya Cia dari pagi sampai malam. Begitu seterusnya.
Dan di hari pertama tersebut, saya harus live report di program Lensa Indonesia Sore jam 14.30 WIB. Masih ada waktu untuk ngulik-ngulik sedikit informasi dari pak polisi di Pospol, walaupun kita harus memutar otak untuk bikin pointers apa aja yang akan kita sampaikan ke pemirsa karena kondisi jalanan yang masih lengang. Ya memang masih H-7 sih, orang juga kebanyakan masih kerja di hari ini. Prinsipnya, saya harus menyampaikan sesuatu yang informatif yang bisa memberikan manfaat bagi para pemudik yang akan melewati jalur ini.
Live pertama di program Mudik Asyik, jalanan masih kosong
Berbagi layar bareng tim Pantura yeay
Usai live, saya dan tim sengaja untuk survey lokasi, melihat jalur Nagreg ini kondisi jalanannya seperti apa, mana saja yang sering menjadi titik rawan kemacetan dan kecelakaan, dan ngobrol-ngobrol sama Polisi di Pos Tangan (pos pelayanan yang terletak di Turunan Nagreg) tentang prediksi puncak arus mudik. Ini memang baru pertama kali saya melintas di jalur Nagreg dan jika melihat kondisi jalanannya, pemudik ini harus punya skill dan konsentrasi tinggi saat menyetir. Kenapa? Karena jalanannya sendiri banyak turunan dan tikungan yang cukup curam dan tajam. Waktu pilot saya menyalip mobil depannya dan di jalur sebaliknya ada bis aja udah cukup deg-deg-an.
Oke, balik lagi soal live report, jadi dalam sehari kita dapet jatah untuk live 4x sehari. Kalau saya pribadi, dapet jatah untuk live di Lensa Indonesia Pagi jam 5 pagi, Lensa Indonesia Siang jam 11 siang (berlaku untuk weekday), Lensa Update jam 1 siang dan Lensa Indonesia Sore jam 14.30 WIB. Sementara kalau Felicia, dapet jatah live di Lensa Update jam 8 pagi, Lensa Indonesia Siang, Lensa Indonesia Sore dan Lensa Indonesia Malam sekitar jam 8 malam (taping by the way). Nah, di hari kita nggak dapet jatah live, biasanya kita pakai buat liputan atau nyari update soal arus mudik ini deh. Ya tapi beberapa kali kalau capek ya kita pakai buat istirahat juga haha. Kesehatan tetap menjadi nomor satu guys!
Live subuh yang super dingin di Nagreg
Soal lokasi, kalau subuh biasanya saya cuma ke seberang rumah (pos Cikaledong) dan itu dinginnya super duper sampai keluar asap dari mulut (kalau saya lihat ya haha). Kelar live bisa istirahat bentar di rumah, baru keluar jam 8an nyari spot lain yang lebih kece buat dilaporin mengingat kondisi Nagreg yang sepi sepi aja ya bu. Paling merapat ke Limbangan atau ke Cileunyi. Tapi ya, landai.
Contekan ajaib untuk live
Kalau live report sendiri, saya belum sampai di tahap pede nggak bawa contekan. Jadi saya selalu catat poin poin apa saja yang akan saya sampaikan di notes yang selalu saya bawa liputan. Ini buat jaga-jaga sih, bukan buat dihapal. Karena (katanya) kalau dihapal, kita lupa satu kalimat langsung buyar semuanya. Walaupun pada akhirnya seringnya saya ngomong nggak liat catatan, tapi notes kecil ini selalu saya pegang di tangan kiri saya. Ya itu, nggak pede kalau nggak bawa catatan hihi.

Make Up harus On Point!
Namanya di depan layar, diliat banyak orang (mungkin kan pada nonton tv saya gitu haha), nggak enak kan kalau pas live itu polosan alias nggak dandan. Biasanya kalo ngantor, saya cuma pake day cream, alis, bedak tabur dikit, blush on sama lip cream. Kalau harus live, paling touch up dikit bedak sama lip cream-nya. Anaknya emang agak males sih buat dandan kalau nggak ada event haha.
Felicia in action yeay
Sebelum berangkat, kita juga sempet dikasih kelas make up walaupun pas hari H bebas kita mau dandan sesuai yang di kelas atau yang biasa kita lakuin. Di awal-awal liputan (live), masih rajin pake paket lengkap mulai dari foundation, concealer, eyeshadow, eyeliner sampe mascara. Di pertengahan sampai akhir, udah say goodbye sama foundie dan concealer. Pake eyeshadow aja dikit dikit kalau nggak males. Hahaha.
candid yang hampir jarang berhasil kece gitu huff
Karena pernah sekali nggak pake eyeshadow dan eyeliner (juga kayaknya), langsung dikomen. Mata saya memang agak kecil sih, plus kalau kena sinar matahari langsung menyipit lah haha.
Nanti di postingan terpisah, saya akan sebutkan 5 make up apa saja yang jadi penyelamat di liputan kali ini. OK? Tapi boleh dong baca dulu review saya soal lip cream andalan saya buat mudik disini dan juga bedak yang kece banget buat oncam rekomendasi saya disini. Hihi

Jalur Nagreg Sepi?
Hari pertama kami tiba, which is itu H-7, kondisi jalanan masih sepi sampai malam. Hari kedua, nggak beda jauh. Hari ketiga, hampir sama. Hari keempat, tidak ada kepadatan yang berarti. Barulah di hari kelima, malam hari, depan rumah macetnya nggak nahan shay.
Nah ini macetnya di hari kelima kami tiba di Nagreg
Pemerintah sendiri memprediksi bahwa puncak arus mudik, termasuk di jalur selatan, akan terjadi di tanggal 9-10 Juni 2018. Mengingat cuti bersama yang ditetapkan oleh pemerintah dimulai tanggal 11 Juni 2018, sehingga diperkirakan para perantau ini bisa curi-curi gitu mudik gitu dari hari Jumatnya (8/6). Sayangnya ini tidak nampak di jalur Nagreg.
Tanggal 9 Juni, jatah Felicia live sementara saya liputan ikut Kakorlantas, Irjen Royke Lumowa, yang lagi tinjauan ke Nagreg. Beliau sih bilangnya kurang lebih begini, “karena cutinya panjang, masyarakat jadi lebih bijak dalam memilih hari mudik sehingga nggak numpuk di satu hari tertentu aja. Tapi namanya juga prediksi, coba kita lihat di esok hari (10/6),”.
Besoknya, jatah saya yang live. Bingung karena depan rumah masih begini-begini aja, akhirnya saya nyoba untuk merapat ke Cileunyi, yang jadi gerbang masuknya para pemudik jalur selatan. Tapi rupanya, kondisinya masih ramai lancar alias belum terjadi kepadatan, termasuk di gerbang keluar tol Cileunyi. Akhirnya kulik-kulik info sedikit di Pos Pelayanan Cileunyi buat materi live yang lebih ngomongin soal rencana rekayasa lalu lintas kalau terjadi kepadatan di titik tersebut dan tim urai yang disiagakan polres Bandung. Teriknya luar biasa. Tapi biar puasa, teriknya nggak sampai yang bikin haus banget, beda sama terik di Jakarta haha. Sayangnya, karena terik ini, kita gagal live di yang jam 14.30 karena kelamaan standby alatnya nggak kuat. Katanya sih gitu. Huff.
H-5 di Cileunyi masih landai
Tak hanya Polres Bandung yang punya rencana untuk mengurai kepadatan, Jasa Marga juga turut andil membantu agar mudik tahun ini berjalan lancar. Seperti, saat arus mudik ini, ada 10 gerbang keluar yang dibuka (biasanya hanya 8 gerbang), lalu mereka juga melakukan metode ‘jemput bola’. Artinya, para petugas dari jasa marga ini nanti yang akan ‘nyamperin’ mobil pemudik satu per satu kalau terjadi antrean panjang sambil bawa alat namanya mobile reader. Pemudik ini tinggal tap e-money nya di mobile reader ini. Selain itu, kalau di dalem tolnya terjadi antrean panjang sampai 5 kilometer, Jasa Marga (cabang Purbaleunyi dalam hal ini) membuka pintu tol sementara di Gedebage dan kendaraan dialihkan untuk lewat jalur alternatif Cijapati via Sapan-Majalaya. Tapi kayaknya nggak sampai terjadi sih ini.
Hari-hari berikutnya, masih ‘raba-raba’ dimana ya enaknya yang bisa ada materi bagus buat live. Merapat lah kita ke Limbangan, tepatnya di Pos Pelayanan Alun-Alun Limbangan. Pagi situasi masih lancar-lancar aja jadi sengaja di Lensa Siang ngajak Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna, buat live ngomongin seputar arus lalin di Garut beserta rekayasa lalinnya. Kalau boleh saya ceritakan sedikit kondisi arus lalu lintas di Limbangan, jalur ini memang agak sempit karena dua jalur kan. Terus ada pasar dan banyak gang gitu yang banyak kendaraan keluar masuk. Itu lumayan bikin tersendat lho. Makanya dari akhir pekan sebelum lebaran itu, Polres Garut udah melakukan one way traffic secara situasional, kalau kendaraan sudah menumpuk dan ekornya mencapai Nagreg. Pak Budi sendiri orangnya enak diajak kerjasama, sharing info juga bahkan bercandaan. Seneng kalau ketemu narsum yang begini haha.
Di hari yang sama juga, waktu masih nunggu Kapolda Jabar dateng tinjauan ke Limbangan, saya dan beberapa wartawan TV sebelah yang ngepos di Nagreg nih, saling curhat tentang materi live yang kudu puter otak banget mau ngomongin apa yang nggak kosong alias tetep informatif bagi pemirsa. Jalanan boleh kosong, tapi isi laporan kita jelas nggak boleh kosong dong. Eh nggak taunya, setelah kami bubar jalan ke tempat tinggal masing-masing, sore ke malemnya, jalanan langsung macet panjang. Naik level dari ramai lancar menjadi padat merayap. Data dari Dishub Kab Bandung sendiri memang mencatat ada kenaikan yang cukup signifikan sih dari H-4 ke H-3 (naik) sekitar 20 ribuan kendaraan. Macetnya sendiri bisa dari Cicalengka atau Polres Nagreg sampai Limbangan. Pemudik sih biasanya gondok kesel ya, tapi kita bersyukur karena akhirnya dapet macet juga. Bukan bermaksud jahat tapi biar agak variasi aja gitu haha.
Kondisi lalu lintas di H-3 jalur Nagreg depan Pos Cikaledong
Sayangnya, besokannya atau di H-2 yang lagi puncak-puncaknya kendaraan ke arah Garut/Tasik dari Bandung, bukan jatah saya yang live. Di hari itu, rekayasa lalu lintas diberlakukan mulai dari pengalihan jalur (via Kadungora-Leles) sampai buka tutup jalur. Banyak materi kan haha. Beruntung banget itu Felicia bisa dapet macet.
Pemudik sendiri didominasi pemudik yang menggunakan sepeda motor sepemantauan kami
Pasalnya, esok harinya di H-1, volume kendaraan yang melintas mulai menurun alias kembali ramai lancar. Nih ya, saya ceritain, waktu saya live subuh, lagi siap-siap blocking-an, jalanan padet sama kendaraan pemudik mulai dari motor (paling banyak), mobil sampai bus. Udah enak banget kan live-nya bisa jelasin kondisi terkini alias laporan pandangan mata. 10 menit to on air, jalanan langsung melompong karena udah mulai diurai antrean kendaraannya. Kendaraan juga yang belum sampai simpang Cagak (persimpangan sebelum Cikaledong) juga diarahkan untuk lewat Garut Kota. Jadi yang lewat depan Cikaledong hanya motor-motor saja. Buset itu menit-menit terakhir harus putar otak buat modifikasi materi live yang menggambarkan kondisi terkini, tapi juga menceritakan bahwa sempat terjadi kepadatan sebelumnya.
Kondisi jalur Nagreg H-1 di jam 5 subuh
15 menit sebelum on air live, kondisi masih begini. 5 menit kemudian, jalanan sudah kosong dong
Di program siang, coba geser ke simpang Cagak nggak taunya lancar. Live di depan posnya anak tvOne saling tuker info apa yang mau diomongin (dia juga mau live haha). Karena kondisinya nggak berubah, di lensa update jam 1 akhirnya bikin wawancara sama pemudik yang bawa anak sambil kasih tips mudik bawa anak biar nggak rewel gitu. Jam 14.30 merapat ke Limbangan berharap ada buka tutup gitu pas live eh ternyata sudah landai haha.
Live terakhir di arus mudik Nagreg. Iya soalnya besok live-nya udah arus balik hihi
Jadilah hari itu saya nggak kebagian macet-macetnya dan langsung merapat ke Bandung buat lebaran disana. 

Suka Duka di Arus Mudik 
Sukanya, tentu ini pengalaman baru buat saya. Ke daerah yang baru, kenal sama orang-orang baru, materi yang lain-lain pula dari biasanya, dan tempat yang adem (walaupun ademnya menipu alias tetep panas). Dan seru aja gitu, kami semua live di satu waktu yang sama terus split 4 sama mereka. Oh ya, momen mudik ini bener-bener jadi ajang latihan banget sih buat berani tampil di layar dan memperlancar live report. Kenapa? Karena waktu kita untuk oncam ataupun live jadi lebih banyak dan hampir di semua program berita kita plus update di jam-jam tertentu. Selain itu, kalau saya pribadi bener-bener merasa ditantang kudu bisa menyajikan materi live report di tengah kondisi yang datanya itu-itu aja (tidak terlalu ada perubahan yang signifikan).
Itu kalau soal suka di layar ya, kalau di balik layar, Alhamdulillah banget sih punya partner kerja seperti mereka yang kocak, saling menyemangati dan julid di waktu yang bersamaan. Di hari ketiga atau keempat gitu saya lupa, kita bikin grup buat group video call. Isi pembicaraanya? Ya itu, saling menanyakan kabar, kondisi lapangan, ngecengin dan ngehibur satu sama lain dan tak lupa untuk julid. Okesip!
Kalau dukanya, saya pribadi suka kesel kalau ada gangguan teknis, dalam hal ini alat yang kadang nge-hang padahal tim sudah siap ngonsepin materi buat live. Miskomunikasi juga pasti ada antara tim lapangan dan tim yang di kantor, kadang bikin kesel sih tapi ya udah dicoba untuk diomongin lalu dilupakan haha. Kebetulan manager saya juga bikin grup buat curhat kalau ada masalah di lapangan, jadi tersalurkan sih rasa-rasa kesalnya. Sedikit. Haha. Selain itu, beneran deh, kesehatan itu kudu dijaga banget pas liputan begini. Saya dan Cia tumbang untungnya di hari yang berbeda. Cia di hari hari awal (pas jatah saya live), dan saya di hari hari akhir mendekati lebaran (pas jatah Cia yang live). Vitamin menjadi hal yang sangat dibutuhkan kalau begini, soalnya kalau sakit repot dan nyusahin tim lain kan. Untung aja ini pas tumbangnya, pas bukan jatah kita yang live. Anaknya mencoba untuk selalu bersyukur. Hehe.
Soal lebaran nggak di rumah? Sedih sih sebenernya. Biasanya malem takbiran, bisa denger takbiran langsung di rumah (kebetulan rumah diapit sama masjid dan mushola), tahun ini malem takbirannya di hotel (nggak terlalu kedengeran takbiran dari masjid) dan nangis pas denger takbirannya Quran ID Project. Kaya yang merasa kurang bersyukur aja gitu...ah gitu deh, tonton aja videonya. Tapi ya namanya resiko pekerjaan sih ya buat jadi pelajaran aja hehe.
Toh lebaran tahun ini jadi pengalaman baru buat saya pribadi. Selain karena di tempat orang, saya juga sempat menjelajah ke beberapa tempat pas di Bandung dan juga di Garut setelah lebaran. Anaknya suka jalan-jalan sih hihi. Nanti cerita selengkapnya saya ceritakan di postingan selanjutnya ya. 
Jadi, masih tertarik untuk jadi reporter? Hahaha.

XOXO!
Za

0 comments: