BYE 2017, HELLO 2018!
Sempet mikir buat nggak ikut ikutan bikin
postingan mainstream di akhir tahun,
eh malah bikin juga akhirnya. Hahaha. Terlalu banyak cerita di tahun ini yang
mungkin kalau nggak ditulis malah bikin lupa (baik kisahnya maupun pembelajaran
yang bisa diambil dari kisah tersebut. Cie!).
2017 menjadi tahun yang lumayan ‘jungkir
balik’ buat saya. Posisi baru dan pembelajaran baru. Ditinggalkan oleh teman
seangkatan namun di sisi lain juga mendapat teman teman baru. Banyak bertemu
orang baru di kejadian-kejadian yang 'wow', termasuk tokoh-tokoh yang
berkepentingan memimpin negara yang saya tempati. Bagaimana merajut mimpi
bersama teman-teman sepemikiran. Senang, sedih, kecewa, marah yang kadang
bercampur di satu moment. Jadi di
postingan kali ini, saya akan highlight
apa saja moment yang patut diingat
dan menjadi pembelajaran di tahun berikutnya. Mungkin. Hahaha.
Resmi Menjadi Reporter
Kalau saya pernah cerita (mungkin), per
November 2016, saya ditawari untuk ‘pindah’ menjadi reporter. Sebelumnya saya merupakan
bagian dari tim riset. Perjanjiannya, 3 bulan saya berdiri di ‘dua kaki’, lalu
setelahnya saya dibebaskan memilih antara menjadi reporter atau tetap di tim
riset. Tapi kenyataannya, Desember 2016, saya sudah dilepas full menjadi reporter (nama saya sudah
tidak tertera di tim riset lagi huff) dan Januari 2017, Surat Keputusan (SK)
Reporter saya turun. Beberapa teman yang berada di redaksi bilang kesempatan ini jangan disia-siakan, supaya ilmu saya lengkap. Mencari berita langsung dari sumbernya, bukan cuma modal googling di internet, seperti yang saya lakukan di tim riset. Akhirnya keputusan ini saya terima dengan lapang dada dan orangtua saya pun akhirnya menerimanya.
LOT yang pertama! |
3 Januari 2017 menjadi hari pertama saya
tampil di layar kaca dalam bentuk live on
tape (LOT). Jangan tanya berapa kali take,
yang jelas belasan. Momennya di Sidang Ahok di Kementerian Pertanian,
jaman-jaman Ahok didera masalah ‘dugaan’ penistaan agama. Dua bulan setelahnya,
tepatnya 8 Maret 2017, saya live.
Bukan LOT, tapi literally live. Waktu
itu momennya banjir di daerah Kebon Pala kalau nggak salah. Aduh saya nggak
ngerti lagi harus gimana, karena show
must go on. Saya sampai bikin naskah apa saja yang harus saya laporkan,
bener bener naskah panjang. Tapi lama-lama, saya memilih untuk membuat pointers, walaupun deg-deg-an-nya masih
aja ada sampai sekarang. Dan saya lebih nyaman membuat pointers tersebut di note kecil yang selalu saya bawa liputan
ketimbang di HP. Hehe.
Live pertama yha~ |
Tapi nggak selamanya jadi reporter itu
gampang-gampang aja. Ada rasa senang ketika narasumber mudah didapat dan
liputan tayang sesuai dengan yang kita inginkan. Tapi tak jarang ada rasa
kecewa dan marah menyelinap ketika beberapa liputan yang sudah kita buat susah
payah, ‘dirusak’ begitu saja saat sudah dikemas menjadi sebuah tayangan.
Waktu liputan bikin kain shibori nih hihi |
To be
honest, ada satu momen dimana saya merasa sangat marah, hasil kerja keras
saya, data dan fakta yang saya dapat di lapangan, kalah dengan sebuah ‘opini
pribadi’ dan menjadi liputan yang (saya pikir sangat) tendensius. Gimmick saya saat liputan ditafsirkan
berbeda. Narsum saya, yang saya dapatkan dengan susah payah, meminta
pertanggungjawaban saya, mengapa beritanya menjadi memojokkan mereka dan tidak
sesuai dengan data yang mereka punya. Ketika saya meminta penjelasan dengan
yang ‘di atas’, jawabannya sungguh mengecewakan. Voxpop (vox populi = suara/pendapat masyarakat) dianggap tidak mewakili
masyarakat. Saya dianggap tidak menggunakan logika, padahal fakta di lapangan
tidak menunjukkan hal yang demikian.
Di titik tersebut saya sempat merasa ingin
menyerah. Saya selalu berpegang pada prinsip, bahwa membuat berita harus bisa
meng-cover dari dua sisi, dan ini
saya lakukan pada liputan saya yang satu ini. Entahlah, mungkin ilmu saya
memang masih remah-remah, berbeda dengan mereka yang sudah puluhan tahun
bekerja di media. Saya menganggapnya sebagai sikap kritis yang salah tempat.
Tapi satu teman saya yang berada ‘di atas’ juga, menguatkan saya. Ia menjadi
satu-satunya orang yang sejalan dengan pemikiran saya, bahwa tayangan tersebut
sangat tendensius. Anggap saja ini sebagai kerikil karena nggak selamanya hidup
berjalan dengan mulus. Yang penting, jangan karena kejadian ini, saya jadi
tidak maksimal dalam bekerja. Apapun yang terjadi, saya harus maksimal. Karena
jika mereka ‘tidak bisa menilai’, yakinlah bahwa akan ada orang lain yang bisa menghargai
kerja keras kita. Ya terkadang akal sehat memang bisa dikalahkan dengan apa
yang bernama kekuasaan. Tapi Alhamdulillah, saya bisa bertahan sampai sekarang.
Hehe.
Ditinggal Teman Seangkatan
Farewell Happy :( |
People
will come and go. Kurang lebih seperti itulah kalimat yang menggambarkan
tahun ini. Saya masuk di tahun 2014 dan di tahun 2017, sebagian besar
teman-teman seangkatan saya (bahkan teman se-geng saya sudah semuanya) sudah resign dan menemukan jalan rezeki mereka
yang baru. Sedih? Iya. Merasa sendirian? Iya banget. Tapi di sisi lain, saya
bahagia mereka bisa berkembang di tempat lain. Kadang terselip rasa iri, kapan
saya juga bisa resign? Hahaha.
Geng Sekte yang hanya tersisa saya di kantor. Ini tim riset library yang hobinya sama. Sama sama doyan jajan haha |
Atasan pertama saya, Mas Agus, yang juga resign di tahun ini kemudian berpesan
kepada saya. Kurang lebih begini bunyinya:
“Resign itu hal yang lumrah karena semua orang butuh berkembang, butuh maju. Yang pasti, resign lah disaat kita berada di atas, bukan di saat kita ada masalah. kalau kantor kita sendiri nggak menghargai kemampuan kita, itu tandanya orang lain di luar sana yang akan menghargainya,”
Belum sempet jalan liputan sama campers yang satu ini, eh udah cabut duluan aja. Huff |
Yang saya yakini, tahun ini berarti rezeki
saya masih disini dan memang saya masih harus banyak belajar di tempat ini.
Hihi.
Bertemu Teman Seper-GHIBLI-an
Teramat menyenangkan bisa berkumpul dengan mereka! Padahal sebelumnya kita nggak saling kenal haha |
Tau rasanya ngefans sama sesuatu nih, tapi
temen-temen di sekitarmu nggak suka sama itu, bahkan cenderung nggak tau? Itu
yang saya alami dari dulu HAHAHA. Saya suka Studio Ghibli, terlebih suka sama
Totoro. Tapi temen-temen saya nggak ada yang tau Ghibli itu apa, Totoro itu
binatang apa. Haha. Makanya saya bilang beruntung tahun ini saya bertemu dengan
orang-orang yang memang sama ngefans-nya dengan Ghibli berkat Project Ghibli.
Kami membuat bekal roti yang dilukis Totoro yeay! |
Waktu itu, di Instagramnya, mereka bilang
mau ngadain mini gathering yang
sontak langsung saya DM untuk daftar. Dan akhirnya saya bertemu dengan mereka,
ngobrol soal kenapa suka Ghibli dan semua-mua-nya tentang Ghibli dan nyambung
satu sama lain. Teramat menyenangkan, guys!
Dinas Luar Kota (DLK) Pertama
Bersama temen temen media dan Kakorlantas Polri usai meninjau kesiapan jalur tol untuk mudik hihi |
Perjalanan dari Surabaya-Jakarta bersama
tim NTMC Polri menjadi pengalaman DLK saya yang pertama sejak menjadi reporter.
Bersama teman-teman di media lain, saya meninjau kesiapan jalur mudik dari
Surabaya sampai Jakarta, dari 13-15 Juni 2017. Kita berpindah dari tol satu ke
tol lain yang memang belum jadi tapi akan difungsikan sebagai tol fungsional
saat mudik nanti. Ini dilakukan agar macet yang kerap terjadi saat mudik bisa
diurai sehingga mudik menjadi lancar. Yay! Hehe.
Di tengah panas terik yang banyak retake pas bikin LOT. Hahaha |
Karena masih bulan puasa, acara peninjauan
jalan tol nya selalu selesai di sore hari. Malamnya sudah di hotel dan saatnya
untuk rough-cut dan dikirim ke
kantor. Plus naskahan juga. Jadi tetep aja kerjanya seharian. Haha.
Maxis Wedding Organizer
Maxis team di nikahannya Ias Fildza. Konsepnya outdoor. Seru deh! |
Alhamdulillah banget tahun ini, nama Maxis
sudah lumayan dikenal meski belum seberapa. Dari yang awalnya klien temen-temen
di lingkaran kita, tahun ini mulai bertambah nggak hanya orang orang di inner circle kita. Event yang kita pegang pun Alhamdulillah mulai bertambah
dibandingkan tahun sebelumnya.
Maxis Team di nikahannya Fifin Ganjar di Bogor. Nggak sempet foto di pelaminan, akhirnya kita foto di booth aja |
Tapi tentu saja ini berarti kita harus banyak
belajar lagi. Di setiap event selalu
ada cerita yang bikin kita belajar agar ke depannya menjadi lebih baik. Dan
semoga di tahun berikutnya, kami bisa menjadi lebih baik lagi.
Ghibli Exhibition
Pengen dibawa pulang Totoro-nyaaa |
Sebagai penggemar Ghibli, tentu satu wishlist saya adalah bisa berkunjung ke Museum
Ghibli di Mitaka, Tokyo. Sayangnya, saya belum ada kesempatan kesana tahun ini.
Tapi jangan sedih, saya berhasil bertemu Totoro dalam ukuran aslinya di
Jakarta. Yup! The World of Ghibli Jakarta
lah yang mengadakan Ghibli Exhibition
pada Agustus – September kemarin, di Ritz Carlton Pacific Place. HTM-nya memang
lumayan sih, 300K tapi sebanding dengan apa yang ada di dalamnya. Apalagi saya
dapat kompensasi datang 2 kali karena saat awal saya datang di tanggal yang
saya beli, belum semua replika selesai dikerjakan.
Percaya atau ngga, nekobasu ini fluffy bangeeet |
Rasanya mau nangis pas masuk
ke dalam, baik di area sejarahnya, poster-posternya, bahkan sketsa di
masing-masing filmnya serta trailer semua
filmnya. Tapi area yang saya sebutkan tadi merupakan area yang tidak boleh
difoto. Pengunjung baru boleh mengabadikan momen ketika masuk di area 3D yang
berisi replika bangunan, tempat dan tokoh yang ada di semua film Ghibli.
Daaaaan semuanya persis banget, bahkan hingga detail-detail terkecil. Maklum,
para arsitek yang semuanya berasal dari Indonesia ini sebelumnya diberi
pelajaran langsung dari Studio Ghibli Jepangnya. Keren kan :’)
Secara mendadak sebelum pulang rezeki ketemu Kaonashi alias No Face! |
Nonton Konser Cigarettes After Sex
Akhirnya saya nonton konser band luar!
Hahaha. Norak sekali. Hahaha. Selama ini, setiap saya pengen nonton konser band
luar, selalu terhalang sama ‘nggak ada temennya’. Maklum, selera musik saya
agak berbeda dengan yang lain. Contoh kaya waktu itu pengen nonton We The Fest pas ada RĂ¼fĂ¼s, temen-temen saya
nggak ada yang suka dan bahkan nggak tau itu band apa. Mau nekat sendiri juga
agak keki sih dulu.
Sebenernya tahun ini bimbang antara mau
nonton We The Fest yang kebetulan ada
Zhu, terus Vallis Alps juga atau nonton si Cigarettes After Sex ini. Tapi dipikir
pikir, kapan lagi CAS dateng ke Indonesia? Apalagi yang suka juga nggak
sebanyak band-band lain. Dan di konser kali ini, ada Dian yang menemani saya
karena kita sama-sama ngefans lagunya si CAS ini. Hihi.
*note: konser Cigarettes After Sex ini saya ceritakan secara lengkap disini. Baca ya! Hihi
Fellowship Jurnalis MRT Jakarta 2017
Tahun ini memang saya mencoba untuk mulai
‘keluar’ dan mencoba hal-hal baru, salah satunya dengan ikut fellowship MRT Jakarta ini.
Alhamdulillah saya terpilih menjadi satu dari 20 jurnalis lain yang
berkesempatan ikut kelas di MRT Jakarta. Ada 5 kelas dan 1 kunjungan lapang
yang saya ikuti. Tentu saja ada tugasnya yang nanti akan dipilih 3 orang untuk
studi banding ke Jepang. Namun saya belum beruntung untuk lolos ke Jepang.
Tapi
banyak pelajaran yang bisa saya ambil. Salah satunya, di tugas ini, saya
betul-betul mengonsepkannya sendiri (ditambah masukan dari beberapa teman
terdekat sih hehe), mulai dari membuat TOR, menyusun treatment liputan, sampai akhirnya mengawal editing untuk menjadi sebuah tayangan (tentu saja sudah disunting
oleh produser yang saya pilih).
*note: cerita soal Fellowship MRT Jakarta ini bisa kalian baca disini ya!
Jokowi Mantu
Kenang-kenang photo booth di nikahannya Kahiyang-Bobby yeay! |
Jakarta-Solo-Jakarta-Solo menjadi makanan
saya di awal November 2017 demi meliput pernikahan putri Presiden Jokowi,
Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution. Sebuah ke-mendadak-an yang hakiki di akhir
Oktober pas saya masih liputan demo kemudian ditelpon teman saya yang
mengabarkan saya berangkat ke Solo besok paginya. Atasan saya baru memberi
kabar pasti pas Maghrib. Alhasil, tanggal 1-3 November 2017, saya belanja
materi untuk ditayangkan saat hari pernikahannya di tanggal 8 November 2017.
Mulai dari bertemu vendor rias, kereta kencana, gedung sampai ngobrol dan
nongkrong di angkringan deket rumah Ibunya Presiden Jokowi.
Namanya Pak Anwar, beliau tim kereta kencana yang jadi langganannya Presiden Jokowi dari jaman Jokowi jadi walikota Solo. Ramah banget orangnya dan mau berbagi ilmu |
Di tanggal 6 November 2017, saya berangkat
lagi ke Solo. Kali ini untuk liputan sampai di hari pernikahannya. Timnya lebih
banyak. Saya dan Mario (reporter satunya) pun berbagi tugas. Mulai dari live, LOT, doorstop narsum, dll. Karena seringnya kami nongkrong di media center deket Graha Saba (disediakan
oleh Mas Gibran) dari pagi sampai malam, kami nggak sempet jalan-jalan dan explore Solo. Sampai di hotel aja kita
langsung tidur saking capeknya. Tapi saya merasa belum maksimal sih, masih
banyak yang harus saya pelajari untuk event
seperti ini rupanya. Hehe.
Ngaso di media center setelah hobar habir liputan di Graha Saba. Yayaya~ |
Menjadi Narasumber
Deg-deg-an sih awalnya. Tapi kalo minta retake juga kasihan. Hehe |
Thank you for having me, Binus TV! |
Memantau Papa
Satu hal yang menyenangkan menjadi tim di
lapangan adalah bisa menjadi bagian langsung dari sebuah peristiwa. Tentu ini
yang tidak bisa saya dapatkan di 2 tahunan awal saya bekerja di balik layar.
Dan entah kenapa, di banyak momen yang terjadi tahun ini, di Jakarta khususnya,
saya paling senang menjadi bagian dari kasus Papa alias Setya Novanto. Ya dulu memang paling seneng liat dan pengen jadi wartawan di KPK sih. Hihi.
Mulai dari memantau ‘papa’ di RS Medika Permata Hijau pasca kecelakaan, lalu berulang nongkrong di KPK sampai sore setelah dokter dari IDI menyatakan papa sehat dan tidak membutuhkan rawat inap sehingga papa akhirnya ditahan di Rutan KPK dan mulai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka, praperadilan jilid kedua yang dilayangkannya, sampai pada akhirnya berkas sudah lengkap dan masuk ke persidangan di PN Tipikor Jakarta Pusat.
Ada rasa bangga sekaligus gemas melihat drama yang
terjadi di kasus papa ini makanya saya senang bisa liputan langsung kasus ini.
Sidang sendiri masih berlanjut sampai tahun depan, saya tidak tahu apakah saya
masih berkesempatan untuk mengikuti kasus ini secara langsung karena per bulan
depan, saya kena rolling program.
Huff.
Mulai dari memantau ‘papa’ di RS Medika Permata Hijau pasca kecelakaan, lalu berulang nongkrong di KPK sampai sore setelah dokter dari IDI menyatakan papa sehat dan tidak membutuhkan rawat inap sehingga papa akhirnya ditahan di Rutan KPK dan mulai menjalani pemeriksaan sebagai tersangka, praperadilan jilid kedua yang dilayangkannya, sampai pada akhirnya berkas sudah lengkap dan masuk ke persidangan di PN Tipikor Jakarta Pusat.
Ketika angin datang tanpa permisi saat live :( |
Soal Resolusi
2018
Kalau highlight di tahun 2017 sudah habis, artinya kita masuk ke resolusi 2018, tentang apa saja yang ingin kita capai di tahun depan. Kalau dibilang apa saja yang ada dalam daftar resolusi saya di tahun mendatang yang tinggal hitungan jam lagi, saya akan bilang banyak, tapi cukup saya tulis di journal aja, bukan disini haha. Yang jelas, di tahun depan, saya pengen bisa jadi lebih baik dan lebih bermanfaat lagi buat orang lain (mungkin lewat tulisan saya di blog hihi), terus juga nggak gampang emosi dan kurang kurangin gampang kecewa. Ya ujungnya melanjutkan wishlist tahun sebelumnya yang belum tercapai. Tapi bisa nggak ya di tahun depan? Hahaha.
Banyak hal baru yang menanti di tahun depan. Apapun itu sih kayanya semuanya tetep butuh usaha yang maksimal ya! Kalau resolusimu tahun depan apa?
Banyak hal baru yang menanti di tahun depan. Apapun itu sih kayanya semuanya tetep butuh usaha yang maksimal ya! Kalau resolusimu tahun depan apa?
XOXO!
Za
0 comments: